Minggu, 07 Juni 2020

Merekam Lagu

Pada waktu-waktu yang lalu, aku menjalani kekosongan yang panjang. Aku lalu iseng mengarang-ngarang lagu --izinkan aku menyebutnya “lagu”-- dengan bekal gitar tua warisan kakakku yang dibeli tahun 2004. Tanpa rencana pasti untuk apa, aku lalu merekamnya ke dalam ponsel. Hingga akhirnya, dalam rentang waktu 2016-2020, terkumpullah lebih dari seratus potongan lagu.

Di tengah kelapangan waktu belakangan ini, aku pun menguatkan diri untuk mendengar kembali rekaman-rekaman itu. Aku berusaha memilah dan memilih potongan-potongan rekaman yang layak untuk dirampungkan menjadi sesuatu yang mungkin patut disebut lagu. Dasar pertimbanganku pada proses penyeleksian itu adalah rasa-rasa musikku sendiri.

Sebenarnya, aku merasa rendah diri atas apa yang dengan sangat segan kusebut lagu itu. Dengan hanya iringan gitar tua bersuara cempreng dan alat perekam seadaanya, lagu-lagu itu jelas jauh dari bentuk lagu hasil rekaman profesional. Ditambah lagi oleh musikalitasku yang memang cetek dalam soal bernyanyi dan bermain gitar, kecuali bahwa aku bisa melakukannya.

Dalam dunia permusikan, aku hanya merasa diri pantas disebut sebagai penikmat. Aku candu mendengar lagu-lagu dalam beragam genre oleh beragam pemusik dari dalam dan luar negeri. Aku suka menjelajahi belantara lagu-lagu dari dahulu sampai sekarang, hingga selera musikku pun terbentuk sebagai kulminasi cita rasa dari pengalaman mendengarkan dan menikamati itu.

Dengan bekal selera musik, aku lantas merangkap sebagai seorang pengamat musik yang subjektif. Selera musikku yang terbentuk melalui proses induktif, akhirnya menjadi kacamataku dalam memandang bentuk-bentuk musik secara deduktif. Aku punya konsepsi pribadi tentang musik, hingga aku punya pendapat tentang lagu yang baik dan buruk, bagi diriku sendiri.  

Pandangan musik kemudian menjadi pedomanku dalam mendengarkan lagu-lagu. Setiap kali mendengarkan lagu baru, seketika pula, aku akan membedahnya bagian per bagian, lalu memberikan penilaian di rentang sangat baik atau sangat buruk. Dari itu aku akan memutuskan untuk memasukkannya di dalam kelas-kelas lagu kesukaanku atau tidak. 

Jadi secara pribadi, aku tidaklah fanatik atas genre musik atau pemusik tertentu, sebab dasar penilaianku adalah lagu. Menyukai sebuah band, misalnya, bukan berarti bahwa aku menyukai semua lagu-lagunya. Bahkan pada satu lagunya pun, aku belum tentu menyukainya secara utuh. Bisa jadi aku suka bagian awal saja, tetapi tidak pada bagian pertengahan dan akhirnya.

Yang ingin kusampaikan dari uraian di atas, bahwa motivasiku mengarang lagu berangkat dari seleraku tentang musik yang “menyenangkan”. Bahwa lagu-lagu yang kukarang adalah manifestasi dari pendapat musikku secara pribadi. Bahwa aku punya selera dan pendapat tentang musik yang “aku sesungguhnya”, dan aku berhasrat mengungkapkannya.

Secara ringkas, aku mencipta karena aku punya pendapat. Aku mengarang lagu-lagu karena aku punya pendapat tentang nilai lagu. Dan setelah lama mengamati pendapatku sendiri, aku akhirnya menyimpulkan bahwa aku menggantungkan kesukaan dan ketidaksukaan atas sebuah lagu pada apa yang kuistilahkan dengan aspek harmonisasi-dinamika.

Lagu yang baik menurutku adalah lagu yang mengandung warna-warni suara yang berpadu indah. Suasana yang dibangunnya beragam dan berubah-ubah, tetapi terasa sebagai satu keutuhan. Nada demi nada, tempo demi tempo, hentakan demi hentakan, bergulir apik dan rapi. Layaknya seperti kalimat-kalimat dalam sebuah paragraf yang tersambung dengan kata penghubung yang baik.

Sebagai seseorang yang tak memiliki pengetahuan musik secara teroretis, bahkan yang dasar sekali pun, aku sungguh kesulitan menjelaskan tentang harmonisasi-dinamika lagu yang kumaksud. Aku malah khawatir kalau itu hanya klaim picikku atas selera musikku sendiri. Tetapi lagu Yes I Am (One Ok Rock) dan Semua Tak Sama (Padi), kurasa bisa menyatakan maksudku itu.

Akhirnya, keisenganku untuk mengarang dan merekam lagu, sampai mengunggahnya di laman Soundcloud pribadiku, adalah sebuah kenekatan. Kemiskinan instrumen, ketidaktepatan nada, kepolosan lirik, kesumbangan suara, adalah beberapa cela yang nyata dalam lagu-lagu itu. Tetapi aku tetap senang karena memiliki pendapat soal musik dan berhasil mengungkapkannya, meskipun ungkapan itu memang tak sepenuhnya menggambarkan pendapatku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar