Banyak
perubahan dalam hidup ini. Perubahan itu tak hanya berdampak positif, tapi juga
menimbulkan dampak negatif. Bahkan sering kali dalam satu perubahan, dampak
positif dan negatifnya saling meng-ada-kan. Hanya saja, antara kedua jenis
dampak tersebut tidak bersatu atau muncul bersama pada satu ruang dan waktu. Keduanya
senantiasa silih berganti satu dengan yang lain, tapi tak saling meniadakan.
Untuk itu, dapat dikatakan bahwa kemajuan di satu sisi, dapat mengakibatkan
kemunduran di sisi lain. Perubahan selalu mengganggu keseimbangan. Lalu pada
bagaimana sebuah perubahan dapat dikatakan baik?
Pada
dasarnya, komponen di alam semesta ini amat kompleks. Sistem alam semesta yang
tampak utuh, tak lain adalah satu kesatuan dari sistem-sistem terkecil yang
kompleks. Untuk itu, dapat dikatakan bahwa, ada sesuatu yang kompleks di dalam
sesuatu yang kompleks. Jadi apabila dirunut dari alam semesta hingga atom, maka
di antaranya ada tak terhingga kesatuan sistem yang kompleks. Karena itu juga,
maka perubahan pada satu kesatuan sistem terkecil, secara tidak langsung akan
mempengaruhi sistem yang lainnya. Semisal, persoalan kesehatan tubuh. Untuk
satu penyakit tertentu, dokter kadang menganjurkan untuk menghindari makanan
tertentu. Tapi pola makan yang berubah, akan menyebabkan timbulnya penyakit
pada organ lain.
Di
zaman modern ini, sistem teknologi yang digunakan manusia mengalami perubahan
pesat. Dulunya sederhana, menjadi sangat canggih sekarang ini. Jika dulu orang-orang
susah payah berkirim surat untuk berbagi kabar, sekarang, pada setiap detik, orang
dapat saja melakukannya melalui jaringan telekomunikasi. Secara kasat mata,
perubahan itu memang memberikan dampak positif. Tapi tanpa disadari, ada dampak
negatif pada sisi lain. Misalnya saja orang tak lagi menghargai nilai sebuah
komunikasi. Berututur sapa hanya untuk mengetahui, bukan untuk memahami. Nyata
sudah, perubahan pada sistem telekomunikasi, berpengaruh terhadap sistem dan
nilai interaksi antarmanusia. Berangkat dari permisalan itu, dapat dikatakan
bahwa dampak perubahan, entah positif atau negatif, membawa pengaruh pada aspek
meteri ataupun nonmateri.
Perubahan
untuk kepentingan pragmatis memang membuat lena. Sikap hedonis menjadi pangkal
masalahnya. Kesenangan sesat menjadi tujuan. Jadinya, akal sehat sulit menyadari
adanya dampak negatif dari sebuah perubahan, atau memang hati yang buta pura-pura
saja tak peduli. Buktinya, perubahan ataukah perkembangan teknologi zaman
sekarang memang pesat, tapi tanpa disadari manusia malah jadi tak menghargai
sisi kemanusiaannya. Manusia teralienisasi di dunia yang serba materi. Bahkan
parahnya, manusia kini lebih mencintai materi daripada manusia itu sendiri.
Pemegang kekuasaan tega menilep uang hak banyak orang, demi membeli barang mewah
untuk kantornya. Mengatasnamakan kepentingan rakyat untuk hasrat pribadi.
Pemilik modal, pemburu kemewahan dunia, dengan santainya berleha-leha di ruang
ber-AC, lalu memberikan titah untuk membakaran lahan hutan demi memperluas area
perkebunannya. Semuanya atas nama perubahan yang lebih modern. Ilusi.
Lalu
bagaimana perubahan yang seyogiannya dicita-citakan dan diusahakan? Jawabannya
adalah perubahan yang terkontrol dan mampu menjaga keseimbangan alam semesta,
bukan perubahan atas dasar nafsu duniawi yang tak akan pernah terpuaskan. Perubahan
itu harusnya tetap menjaga keharmonisan hidup dan kehidupan. Sebenarnya, yang
dibutuhkan bukanlah perubahan secara buta-buta untuk kepentingan sesaat, tetapi
perubahan yang jelas dan baik tujuannya, terutama yang dapat memberikan keseimbangan bagi alam semesta.
Tak
ada yang memungkiri bahwa eksploitasi energi bumi dan sumber daya alam
memberikan kemudahan dalam kehidupan manusia. Tapi seiring itu, alam yang nota bene
rumah seluruh umat manusia pun rusak akibat pemenuhan hasrat kemewahan dunia
oleh segelintir orang. Di mana-mana terjadi pencemaran air dan udara,
penggundulan hutan, tanah gersang, pemanasan global, dan lain-lain. Bisa
dipastikan, jika dampaknya telah nyata-nyata dan kasat mata, tak akan ada satu
orang pun yang menginginkan perubahan semacam itu.
Akar
dari setiap perubahan masa kini adalah akal manusia yang tak ada batasnya. Sebongkal
otak dengan berpotensi luar biasa itu, membuat perkembangan dunia dalam aspek fisik-materi
begitu mencengangkan. Namun sayangnya, perkembangan itu tak dikontrol oleh
nurani manusia. Demi kenikmatan pribadi, manusia kadang dengan serakah mengeruk
limpahan potensi alam, tanpa mempedulikan kelestariannya demi kebutuhan
generasi di masa mendatang. Sama juga, tak ada yang menyangkal bahwa penemuan
bom atom adalah buah dari daya pikir yang sangat prestisius. Tapi tentu tak ada
manusia sejati yang sudi melihat bom atom digunakan untuk meluluhlantakkan alam
dan manusia.
Segala
kekacauan yang terjadi di muka bumi, tanpa disadari, adalah buah dari
ketidakseimbangan hidup dan kehidupan. Peperangan adalah cara dunia mendamaikan
orang-orang yang suka mempertentangkan perbedaan. Bencana alam adalah cara bumi
menyeimbangkan sistemnya. Dengan mekanisme itulah, sistem kehidupan berusaha menyembuhkan
dirinya sendiri, mencari titik keseimbangannya kembali. Menyadari itu, sudah
saatnya manusia mewujudkan perannya sebagai pemimpin dan rahmat bagi seluruh
alam, bukan malah sebaliknya. Sepertinya
tepat merenungkan ungkapan Mahatma Gandhi bahwa dunia ini cukup untuk
menghidupi seluruh manusia, tetapi tak akan cukup untuk satu orang yang
serakah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar