Tugas
telah ditetapkan. Sebagai anggota geng yang baru, Guri harus patuh pada
perintah sang bos. Ia harus siap melaksanakan operasi perampokan seorang pengusaha.
Ia mesti sedia untuk waktu yang telah diancang-ancang menurut hasil
pemata-mataan. Ia harus menunggu sang pengusaha keluar dari bank, kemudian
mengambil sepaket uang, bakal gaji untuk karyawan sang target itu.
Pada
satu siang, Guri pun melancarkan aksinya. Ia mengintai selama hampir satu jam dari
dalam mobil yang terparkir di samping mobil sang pengusaha. Dan ketika sang
pengusaha hendak menaiki mobilnya, Guri yang bertopeng lekas menodongkan
senjata api, sambil memerintahkan sang pengusaha untuk menyerahkan ranselnya
yang berisi uang. Tetapi sang pengusaha malah melawan, hingga Guri yang panik menembak
kepalanya.
Akhirnya,
sang pengusaha meninggal seketika, sedang Guri segera melarikan diri dengan mobil
yang dikemudikan seorang temannya secara lihai. Di dalam kecepatan yang tinggi,
ia dan temannya pun berhasil menjauh dan selamat dari penindakan aparat
keamanan.
Namun
ternyata, aksinya yang berhasil menggondol bergepok-gepok uang, malah
mengecewakan sang bos. Guri dianggap gagal sebab ia melakukan aksi yang lebih
dari rencana. Sang bos telah menegaskan kepadanya untuk tidak melukai sang pengusaha,
tetapi ia malah membunuhnya sekalian. Dan menurut sang bos, kesalahan semacam
itu akan menimbulkan bahaya untuk geng. Tidak hanya rawan mengungkap keberadaan
mereka dengan bukti-bukti yang tertinggal di tempat kejadian perkara, tetapi
bisa juga dengan kejujuran Guri sendiri yang tampak ketakutan setelah kejadian.
Demi
menghindari kemungkinan buruk yang terakhir itu, sang bos yang dilanda kekalutan akhirnya
mengambil keputusan. Sang bos memerintahkan seorang anggotanya yang lain untuk
membunuh Guri sebelum ia melakukan tindakan yang bodoh.
Akhirnya,
malam itu juga, Guri yang terus terjaga membayang-bayangkan aksinya, ditembak
oleh teman gengnya sendiri dengan senjata api yang telah mencabut nyawa sang
pengusaha, hingga ia mati di tengah rumahnya, seorang diri.
Keesokan
harinya, Guri dan sang pengusaha yang hidup dalam lingkup daerah yang sama,
akhirnya dikuburkan di liang yang bersampingan, tanpa ada seorang pun yang tahu
tentang persangkutan kisah di antara kematian mereka, sampai sekarang.
Dan
hari ini, tepat setahun berlalu untuk dua kematian yang masih menjadi misteri itu,
dua orang datang berziarah pada waktu yang bersamaan: Riga, putra Guri, dan
Dias, putri sang pengusaha.
Setelah
melafalkan doa dan meluruhkan kesedihan mereka masing-masing, Dias dan Riga pun
saling menatap dengan penuh keprihatinan, seolah-olah mereka merasakan
kesedihan yang sama untuk orang yang berbeda. Meskipun mereka belum tahu apa
yang terjadi di balik kematian ayah mereka, tetapi mereka tahu bahwa ayah
mereka mati pada hari dan cara yang sama.
“Semoga
mereka berada di tempat yang damai,” tutur Dias.
Riga
tersenyum pilu. “Dan semoga keadilan atas mereka segera terungkap.”
Mereka
kemudian saling memeluk untuk kesedihan yang sama.
Beberapa
saat setelahnya, dengan rupa perasaan yang masih temaram, mereka lantas
melangkah ke sebuah mobil sambil bergenggaman tangan, seperti saling
menguatkan hati, demi bakal anak mereka berdua yang masih dalam kandungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar