Minggu, 07 Juni 2020

Dua Kematian

Tugas telah ditetapkan. Sebagai anggota geng yang baru, Guri harus patuh pada perintah sang bos. Ia harus siap melaksanakan operasi perampokan seorang pengusaha. Ia mesti sedia untuk waktu yang telah diancang-ancang menurut hasil pemata-mataan. Ia harus menunggu sang pengusaha keluar dari bank, kemudian mengambil sepaket uang, bakal gaji untuk karyawan sang target itu.

Pada satu siang, Guri pun melancarkan aksinya. Ia mengintai selama hampir satu jam dari dalam mobil yang terparkir di samping mobil sang pengusaha. Dan ketika sang pengusaha hendak menaiki mobilnya, Guri yang bertopeng lekas menodongkan senjata api, sambil memerintahkan sang pengusaha untuk menyerahkan ranselnya yang berisi uang. Tetapi sang pengusaha malah melawan, hingga Guri yang panik menembak kepalanya.

Akhirnya, sang pengusaha meninggal seketika, sedang Guri segera melarikan diri dengan mobil yang dikemudikan seorang temannya secara lihai. Di dalam kecepatan yang tinggi, ia dan temannya pun berhasil menjauh dan selamat dari penindakan aparat keamanan.

Namun ternyata, aksinya yang berhasil menggondol bergepok-gepok uang, malah mengecewakan sang bos. Guri dianggap gagal sebab ia melakukan aksi yang lebih dari rencana. Sang bos telah menegaskan kepadanya untuk tidak melukai sang pengusaha, tetapi ia malah membunuhnya sekalian. Dan menurut sang bos, kesalahan semacam itu akan menimbulkan bahaya untuk geng. Tidak hanya rawan mengungkap keberadaan mereka dengan bukti-bukti yang tertinggal di tempat kejadian perkara, tetapi bisa juga dengan kejujuran Guri sendiri yang tampak ketakutan setelah kejadian.

Demi menghindari kemungkinan buruk yang terakhir itu, sang bos yang dilanda kekalutan akhirnya mengambil keputusan. Sang bos memerintahkan seorang anggotanya yang lain untuk membunuh Guri sebelum ia melakukan tindakan yang bodoh.

Akhirnya, malam itu juga, Guri yang terus terjaga membayang-bayangkan aksinya, ditembak oleh teman gengnya sendiri dengan senjata api yang telah mencabut nyawa sang pengusaha, hingga ia mati di tengah rumahnya, seorang diri.

Keesokan harinya, Guri dan sang pengusaha yang hidup dalam lingkup daerah yang sama, akhirnya dikuburkan di liang yang bersampingan, tanpa ada seorang pun yang tahu tentang persangkutan kisah di antara kematian mereka, sampai sekarang.

Dan hari ini, tepat setahun berlalu untuk dua kematian yang masih menjadi misteri itu, dua orang datang berziarah pada waktu yang bersamaan: Riga, putra Guri, dan Dias, putri sang pengusaha. 

Setelah melafalkan doa dan meluruhkan kesedihan mereka masing-masing, Dias dan Riga pun saling menatap dengan penuh keprihatinan, seolah-olah mereka merasakan kesedihan yang sama untuk orang yang berbeda. Meskipun mereka belum tahu apa yang terjadi di balik kematian ayah mereka, tetapi mereka tahu bahwa ayah mereka mati pada hari dan cara yang sama.

“Semoga mereka berada di tempat yang damai,” tutur Dias.

Riga tersenyum pilu. “Dan semoga keadilan atas mereka segera terungkap.”

Mereka kemudian saling memeluk untuk kesedihan yang sama.

Beberapa saat setelahnya, dengan rupa perasaan yang masih temaram, mereka lantas melangkah ke sebuah mobil sambil bergenggaman tangan, seperti saling menguatkan hati, demi bakal anak mereka berdua yang masih dalam kandungan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar