Nilai
kebenaran dan kesalahan akan selalu melekat padi diri setiap anak manusia. Keduanya
hanya saling mendistorsi, tetapi tidak saling meniadakan. Meski memiliki nurani dan naluri
untuk selalu berada dalam kebenaran, keterbatasan daya pikir dan kelemahan
pengendalian diri akan membuat seseorang terperosok juga dalam lubang kesalahan.
Kepastian
tentang kemungkinan salah dan benarnya setiap anak manusia, adalah sebuah
pedoman bahwa setiap orang bisa saja benar dan bisa saja salah. Bahwa tidak ada
seorang pun yang selamanya salah, dan tidak ada seseorang pula yang selamanya
benar. Bahwa setiap orang yang salah bisa berubah menjadi benar, dan setiap
yang benar bisa saja jatuh dalam kesalahan.
Pemahaman
soal probabilitas nilai perilaku anak manusia, akhirnya akan membuat setiap
orang melakukan penilaian secara bijak. Setiap orang akan saling menilai secara
adil berdasarkan sebuah tindakan pada waktu tertentu. Setiap orang akan ragu
untuk memutlakkan bahwa seseorang pasti benar di saat ini karena sebelumnya ia
selalu benar.
Tetapi
kelompok-kelompok sosial, telah menggerus kemerdekaan setiap orang untuk
menilai secara jernih. Setiap orang akhirnya saling menilai berdasarkan
pandangan kelompoknya. Entah pandangan itu berasal pemimpin kelompok atau
pandangan sebagian besar anggota kelompoknya, tetapi bukan pandangan mereka
sendiri.
Mereka
yang terkurung dalam pandangan kelompok, kemudian akan memutlakkan kebenaran kepada
setiap orang di dalam kelompoknya, dan memutlakkan kesalahan kepada setiap
orang di dalam kelompok yang lain. Demi nama baik kelompoknya, mereka rela membungkam
hati nuraninya dengan membenarkan kesalahan dan menyalahkan kebenaran.
Namun
klaim-klaim kebenaran di antara kelompok, tidak akan mengombang-ambingkan
pikiran setiap orang yang merdeka atas diri mereka sendiri. Mereka akan tetap mengandalkan
pikiran mereka, tanpa mengkultuskan dogma-dogma kelompok. Mereka tidak akan memuliakan
dan menghinakan orang secara membabi buta atas nama kelompok.
Tetapi
demi memenangkan pertentangan, setiap anggota kelompok akan berusaha menyeret
orang-orang berpikiran merdeka ke dalam kelompoknya. Mereka akan mendaku bahwa
seseorang merdeka merupakan anggota kelomponya karena pendapat seorang itu
berpihak pada mereka, meski senyatanya, seorang merdeka berpendapat tanpa tendensi
kelompok siapa-siapa.
Namun
entah bagaimana pun pergolakan antarkelompok, sudah menjadi prinsip bagi orang
yang merdeka, bahwa tak ada keberpihakan selain kepada akal sehat dan hati
nurani. Mereka akan tetap mengatakan kebenaran sebagai kebenaran dan kesalahan
sebagai kesalahan, meski dicap tidak konsisten karena pendapatnya tidak bersesuaian
secara tetap dengan kelompok tertentu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar