Sebuah
kompetisi selalu melahirkan juara. Tetapi di sisi lain, akan selalu ada pihak
yang kalah. Kedua predikat itu akan selalu melekat pada panggung kompetisi, dan
tak mungkin dihindari. Karena itu, setiap orang yang terlibat dalam kompetisi,
harus siap-sedia menjadi pihak yang menang atau kalah. Begitulah kompetisi.
Bagi
pemenang kompetisi, tentu bersenang-senang atas prestasinya adalah wajar. Kesenangan
itu sebagai wujud kebanggaan diri, sebab telah berhasil mengalahkan para
pesaingnya. Sebaliknya, pihak yang kalah, kemungkinan besar akan bersedih. Kesedihan
itu adalah bentuk kekecewaannya, sebab tak mampu menjadi juara, sebagaimana
yang diharapkan.
Menetapkan
yang terbaik di antara yang baik, memang akhir dari kompetisi. Tujuannya tidak
sekadar menentukan siapa pemenang dan pecundang. Lebih dari itu, kompetisi akan
melahirkan figur yang patut untuk diteladani. Keteladanan itu akan mendirong
orang lain untuk menjadi lebih baik. Makanya, kompetisi menjadi hal yang
penting dalam menjaga aktualisasi diri setiap orang, tetap terwujud dalam
tingkah laku yang positif.
Tak
mungkin melenyapkan segala macam kompetisi di dalam kehidupan yang penuh
persaingan ini. Yang bisa dilakukan adalah membiasakan diri menerima hasil akhir
dari sebuah kompetisi. Jadi, pemenang seyogianya menghargai pihak yang kalah,
sedangkan pihak yang kalah harus menghormati pihak yang menang.
Bijak
menerima predikat, entah sebagai pihak yang menang atau kalah, adalah sikap
yang tepat. Apalagi, setiap orang pastilah menginginkan kemenangan dan berusaha
menghindari kekalahan. Kemenangan menjadi hak siapa pun dalam sebuah kompetisi,
dan kekalahan di pihak lain, tak mungkin
terelakkan. Begitulah hukumnya.
Kompetisi
sejatinya bukan untuk memicu pertikaian, apalagi perpecahan, tetapi bertujuan
untuk untuk meningkatkan derajat dan kualitas pribadi semua pihak yang
terlibat. Melalui kompetisilah, setiap orang akan terus melatih dirinya, demi
menjadi yang terbaik. Adu kemampuan antara pihak yang terjadi secara terus-menerus,
akan meningkatkan derajat pencapaian kompetisi dari waktu ke waktu, sehingga kemampuan
setiap pihak pun akan menjadi lebih baik.
Memenangkan
kompetisi, bukanlah akhir dari upaya mengasah kemampuan diri. Persaingan terus
berlangsung dengan tingkat pencapaian yang semakin meninggi pula, sehinggga dibutuhkan
komitmen untuk terus meningkatkan kemampuan diri tanpa henti. Tujuannya tidak sekadar
untuk mempertahankan predikat juara, tetapi juga meningkatkan target capaian,
agar pembenahan diri pada semua competitor, terus berlangsung. Dengan
kompetisilah, kemajuan akan digapai secara bersama-sama.
Di
sisi lain, kekelahan harus disikapi dengan upaya pembenahan. Kalah bukanlah
akhir dari segalanya, tetapi awalan untuk menggapai kemenangan. Selama ada
kekalahan, maka kemenangan akan tetap ada, dan menjadi mungkin untuk digapai. Jika
perbaikan diri terus dilakukan melampaui upaya sang juara, maka kemenangan
sebenarnya tinggal menunggu waktu.
Akhirnya,
kompetisi haruslah disikapi dengan kedewasaan mental, agar tidak berakibat
buruk. Sebab, bisa jadi, kompetisi melahirkan sang juara yang sesungguhnya
pecundang, yaitu mereka yang menang, tatapi menjadi lupa diri, sampai merendahkan
dan meremehkan pihak lain. Mereka, sekarang atau kelak, adalah pecundang.
Sebaliknya, bisa juga pihak yang kalah, sebenanrnya adalah pemenang sejati,
yaitu mereka yang kalah namun tetap berbesar hati menghormati pemenang, sabar
menerima kekalalahan, dan terus berbenah diri untuk menjadi sang juara, kelak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar