Rabu, 22 Januari 2020

Perayaan Sepi

Untuk satu kedatangan
Pada ujung penantian
Selalu ada pembalasan
Demi setumpuk ketidaksabaran

Bunga api yang bermekaran
Di langit tanpa batasan
Adalah pesta segala kesementaraan
Yang mengawali puncak kekosongan

Lalu sepi datang tanpa kepulangan
Merasuk sukma sedalam lubang pengharapan
Yang tinggal melompong setelah perayaan
Seperti jiwa yang kehilangan perasaan

Sajak Luka

Pada awal cerita
Dua pasang mata saling membaca
Puisi-puisi tubuh khidmat di kalbu mereka
Kata-kata pujian tandas berima cinta
Di dalam bait-bait larik senja

Sampai malam membawa gulita
Setelah tahun-tahun penuh rasa
Huruf-huruf jatuh dari sepasang mata
Sebagai hujan pengganti masa
Di akhir puisi berjudul luka

Jatuhnya Cinta

Tuhan telah mempertaruhkan cintanya
Ketika roh tertiup ke dalam tubuh
Cinta pun jatuh di rahim ibu
Sampai anak terlahir dan mendewasa
Dan jatuhlah cinta di antara manusia

Gandang Batu

Tanah subur membentang di bukit-bukit bersulur
Terpisah lembah yang melahirkan anak-anak sungai
Yang jernih mengalir menuju induk penghidupan
Yang abadi sepanjang nyawa yang terus menyambung

Begitu pula tetumbuhan yang lebat seperti selimut
Bertudung langit yang tak henti memberi berkah
Yang mendamaikan setiap tubuh di alam keheningan
Juga memakmurkan semua hidup yang bersahaja

Diriku adalah buah dari cinta semesta surgamu
Ragaku terbentuk dari kekayaan anak-anak alammu
Jiwaku terbentuk dari kemurahan anak-anak adammu
Dan aku ingin tertanam di dalam tubuhmu

Skeptis

Kata-kata hanyalah baju
Menutup segala kenyataan yang lugu
Ketika makna telah dewasa
Anak-anak telah menjadi bisu

Kejujuran adalah diam
Atau segenap kata yang merangkum segala
Makna antara lahir dan batin
Seterang-terangnya sampai pemahaman

Namun kata-kata telah menipu
Juga gerak-gerik dalam diam
Telah melenyapkan tempat untuk percaya
Pada diri sendiri sekali pun

Rantau

Aku selalu ragu untuk pulang
Karena aku yakin, akan berat untuk kembali
Di sini
Masih
Jauh darimu

Anak Dewasa

Di dalam hidup yang bergerak maju
Aku ingin kembali ke masa lalu
Ketika tangisan masih menjadi senjata
Dan ingatan masih sependek hari kemarin

Tapi dewasa adalah kutukan yang pasti
Datang membawa perasaan bersalah
Ketika tangisan gagal mengundang maaf
Untuk kesalahan yang teringat selamanya

Jiwa pun terpasung di dalam tubuh yang menua
Ketika sebaya mulai ogah menertawakan dunia
Aku menelan kepahitan dengan rupa biasa
Sebagai anak kecil yang pura-pura dewasa

Dua Belahan

Ada yang lahir seutuhnya
Dalam diri yang sempurna
Dari dua insan yang saling merengkuh
Di dalam kehangatan rumah
Dan tangga yang terjaga kokoh

Ada yang lahir separuhnya
Dalam diri yang kipa
Dari seorang ibu yang tangguh
Atau seorang ayah yang pengasih
Setelah mereka memilih pisah

Ada yang lahir tanpa pernah ada
Dalam diri yang tak berpunya
Dari benih-rahim yang tak berabsah
Setelah aib menutup asih
Sampai menolak terima kasih