Minggu, 07 Juni 2020

Sang Idola

Jalan jodoh Hilman untuk bertemu dengan sang istri, Dina, terpaut oleh musik. Lima tahun yang lalu, seorang penyanyi, solois, menggelar konser di kota mereka. Atas kehendak alam, di antara kerumunan orang-orang yang mengelu-elukan sang idola melantunkan lagu cinta yang menyentuh hati, dengan begitu saja, mereka berdiri bersampingan, tanpa rencana.

Kedatangan mereka secara sendiri-sendiri di konser itu, tanpa ditemani siapa-siapa, akhirnya mendorong mereka untuk saling mengenal. Setelah sesi perkenalan yang kaku, mereka lantas terperangkap dalam senandung-senandung cinta yang turut mereka lantunkan, atau dalam obrolan tentang sosok sang idola, seolah-olah mereka adalah taman akrab.

Akhirnya, selepas konser, mereka tetap saling berkomunikasi melalui berbagai macam saluran maya. Lambat-laun, hubungan mereka pun semakin erat. Keseganan dan batas-batas rahasia di antara mereka, seperti telah menghilang. Mereka saling merindu untuk berbagi, seolah mereka saling membutuhkan. Hingga di tahun itu pula, mereka pun melangsungkan pernikahan.

Waktu demi waktu, hubungan mereka tetap terjaga baik, bahkan semakin membaik. Pertambahan usia yang sering kali menurunkan kadar kekaguman antarsuami-istri, tidak terjadi di antara mereka. Hari demi hari, bahkan setelah lampau tahun demi tahun, perasaan di antara mereka seolah masih semengesankan pertemuan pertama di konser sang idola. 

Kunci eratnya hubungan mereka adalah lagu-lagu yang telah menyimpul hati mereka. Setiap hari, lagu-lagu sang idola akan mengalun di ruang rumah mereka. Dan setiap kali mendengarkan lagu-lagu itu, mereka akan kembali merefleksikan perasaan hati mereka yang menggebu pada pertemuan pertama, dan mereka akan jatuh cinta lagi satu sama lain.

Namun beberapa hari belakangan, kejenuhan Hilman timbul atas ritual keromantisan yang berulang. Ia merasa bahwa menggantungkan citra cinta masa kini dan masa depan pada cerita masa lalu, adalah sebuah jebakan kenangan yang harus dihindari. Ia merasa bahwa kenangan manis semacam itu telah membuat mereka kehilangan daya untuk saling memberi kesan-kesan yang baru.

Sebagai seorang suami, Hilman tentu saja ingin menjadi satu-satunya lelaki di dalam sanubari sang istri. Ia ingin segala yang dicintai sang istri, dari awal hingga akhir, adalah bagian dari dirinya, sesempurna dan sehina apapun itu. Tetapi lagu-lagu kenangan dan sosok sang idola, membuat itu mustahil baginya, seolah-olah ia hanya orang kedua di tahta hati sang istri.

Kerisauan Hilman memang beralasan. Hari demi hari, sang istri semakin larut ke dalam perihal sang idola. Sang istri semakin gandrung memainkan lagu kenangan milik sang idola, hingga menghias-hiasi dinding rumah dengan foto dan poster sang idola. Sang istri seolah butuh suasana kenangan itu sebelum menerima dan menyenangi keadannya sebagai suami.

Atas kegandrungan sang istri yang tampak berlebihan, Hilman pun jadi cemburu. Ia merasa tak berguna atas dirinya sendiri yang tidak bisa menjadi idola pertama dan utama bagi sang istri. Ia merasa bahwa sang isti mencintainya hanya karena sang istri mencintai sang idola. Ia merasa bahwa di benak sang istri, ia hanyalah sosok bayangan terhadap diri sang idola.

Akhirnya, di tengah kerisauan hatinya, Hilman pun kembali memperturut kegemaran bermusiknya. Ia memutuskan untuk membeli sebuah gitar dan mulai membentuk dirinya sebagai musisi. Ia bertekad untuk membuat lagu-lagu yang romanstis, hingga sang istri berpaling dari sang idola. Ia ingin sang istri mencintai dirinya secara utuh, sebagai suami sekaligus idola.

Setelah beberapa hari menyendiri di ruang-ruang sepi, ia pun berhasil mengarang sebuah lagu. Secara diam-diam, ia lalu merekam lagu itu di sebuah studio rekaman, dan menyerahkan hasilnya kepada seorang master untuk diberi polesan. Sampai akhirnya, jadilah sebuah lagu yang ia yakini lebih baik dari lagu kenangan milik sang idola di benak sang istri.

Maka petang ini, ketika ia dan sang istri kembali duduk di teras depan lantai dua rumah mereka, ia pun memutuskan untuk memperdengarkan lagunya. Tanpa aba-aba, ia lantas menyetop alunan lagu sang idola dan menggantinya dengan alunan lagu ciptaannya sendiri. Hingga mengalunlah sebuah lagu akustik yang melankolis, dengan lirik cinta penuh majas, yang merangkum bentuk perasaannya kepada sang istri.

“Aduh, kenapa lagunya diganti, Pak?” tanya sang istri dengan nada kesal, ketika lagu itu baru saja dimainkan.

Hilman tak menjawab. Ia duduk saja, seolah tak peduli. Ia ingin sang istri mendengar lagu ciptaannya itu secara utuh, hingga ia jatuh hati pada akhirnya.

“Itu lagu siapa, Pak?” tanya sang istri dengan raut heran, seolah mendengar sesuatu yang sangat asing baginya.

Hilman pun deg-degan, seakan yakin bahwa sang istri akan menyukainya. “Ibu suka, kan?”

Sang istri lekas menggeleng tegas.

“Masa Ibu tidak suka dengan lagu sebagus itu?” tanya Hilman lagi, bermaksud menuntut persetujuan atas pendapatnya sendiri.

“Terdengar aneh. Sama sekali tidak asyik,” vonis sang istri.

Sontak, perasaan Hilman hancur-lebur.

“Sebaiknya Bapak putar lagi lagu yang tadi. Ayo cepat, ganti!” pinta sang istri, tegas.

Dengan perasaan kecut, Hilman pun menuruti permintaan sang istri.

Akhirnya, di bawah langit sore, Hilman pasrah menikmati ketidakberhargaan dirinya di samping sang istri yang tampak menikmati senja dengan sebuah lagu dari sang idola. Di tengah keputusasaannya, ia lalu mengunggah lagunya itu di laman media sosialnya untuk melihat tanggapan orang-orang, tanpa peduli kalau-kalau ia malah akan mendapat celaan seperti yang ia dapatkan dari sang istri.

Detik demi detik bergulir. Sore pun berlalu.

Sebelum masuk ke dalam rumah, Hilman kembali mengecek akun media sosialnya untuk melihat tanggapan warganet atas lagunya. Tanpa terduga, ia ternyata mendapatkan banyak pujian di antara sedikit celaan. Hingga akhirnya, ia terkejut menyaksikan rangkaian kata yang masuk melalui kotak pesannya: 

Aku pengagum Kakak sejak dahulu. Aku tahu Kakak punya bakat bermusik. Dan akhirnya, Kakak menciptakan sebuah lagu yang sangat menyentuh. Aku sangat suka. Terima kasih sudah menciptakan lagu seromantis itu.
 
Sang pengirim adalah seorang wanita yang dahulu ia idam-idamkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar