Sabtu, 13 Maret 2021

Tabir

Kemarahan Ganjar telah memuncak. Semalam, Hani, ibunya, tiba-tiba mengalami demam tinggi dan hanya mendekam di dalam kamar. Siang ini, ia pun tahu kalau sang ibu jatuh sakit akibat ulah seorang lelaki di media sosial Facebook. Ia tahu tentang itu setelah menemukan tangkapan layar unggahan foto profil ibunya yang disusul komentar dan beragam tanggapan, termasuk dari orang-orang terdekatnya.

Heh, posting foto untuk dapat mangsa lagi, ya? Dasar, janda genit! Jalang!

Begitulah salah satu komentar seorang lelaki bernama Harim yang memicu tanggapan banyak orang. Unggahan komentar lainnya dari lelaki itu, bahkan disusul dengan sejumlah foto yang memperlihatkan ibunya bersama beberapa lelaki di sejumlah pesta.

Akhirnya, kata-kata penghakiman pun bermunculan dari orang-orang yang mengenal keluarganya ataupun tidak, bahwa ibunya yang bekerja sebagai guru honorer di sebuah SD, adalah perempuan tidak benar. Beberapa komentator lantas menuntut agar ibunya dijatuhi sanksi keras.

Celaan dan hujatan orang-orang memang belum terjadi secara langsung. Tetapi sejak pagi hari tadi, ia sudah bisa membaca sikap para tetangga yang ganjil terhadapnya. Mereka tiba-tiba kehilangan keramahan, hingga membuang wajah dengan rona sinis dan jijik.

Terang saja, ia tak menerima tudingan orang-orang terhadap ibunya. Ia yakin bahwa ibunya jauh dari perilaku tercela seperti tuduhan mereka. Buktinya, selama hidup berdua bersama sang ibu, ia sama sekali tak pernah melihat gelagat aneh dan mencurigakan padanya.

Selama ini, ia memang tak mengenal siapa-siapa di rumahnya selain sang ibu. Ia pernah menanyakan tentang ayahnya dan anggota keluarganya yang lain, dan sang ibu menerangkan kalau ayahnya telah meninggal di pulau seberang, di tanah leluhur dan keluarga besar mereka.

Atas pengisahan sang ibu, ia menerima saja kondisi kehidupannya. Ia tak pernah mengulik dengan nada tidak percaya. Selain karena cuma ibunyalah yang lebih tahu tentang asal-usulnya, juga karena ia tak kuasa melihat raut sedih sang ibu setiap kali membahas masa lalu.

Karena tumbuh hanya dengan pengasuhan ibunya, sampai kini, di usia 16 tahun, ia pun sangat peduli pada keadaan sang ibu. Perasaan ibunya, adalah perasaannya juga. Sebab itulah, ketika orang-orang merendahkan harga diri sang ibu di media sosial, ia sungguh tidak terima.

Tetapi meski begitu, ia menyadari kalau ia tak semestinya menyalahkan dan melawan orang-orang yang telah terperdaya isu di dunia maya. Yang patut ia salahkan, hanyalah Harim, seorang lelaki yang telah menyebarkan informasi yang tidak-tidak tentang ibunya.

Karena itulah, demi menuntaskan kekesalannya, ia kemudian menelusuri identitas Harim di ruang internet. Ia melacak alamat lengkapnya. Setelah tahu dan mencatatnya baik-baik, ia pun menuju ke titik kediaman sasarannya itu, beserta sebilah pisau dan amarah yang membara.

Akhirnya, di sepanjang perjalanan, ia terus berdebat dengan dirinya sendiri. Ada saja alasan-alasan yang mencoba menggugat rencananya. Namun setiap kali teringat umpatan Harim terhadap ibunya, ia pun semakin meneguhkan niatnya, bahwa ia pantas membunuh lelaki itu.

Beberapa lama kemudian, tibalah ia pada alamat yang ia tuju. Tanpa menunda waktu, dengan perhitungan yang matang, ia pun segera bertandang. Ia lantas mengetuk daun pintu yang tertutup, sembari menyahutkan nama sasarannya. Tetapi tak seseorang datang menyambut.

Atas ketidaksabarannya, ia pun memutar gagang pengunci, lantas masuk. Dan seketika, ia terkejut ketika melihat sesosok lelaki dengan wajah serupa Harim, seperti yang terlihat di media sosial, tampak terkulai lemas di atas sofa, dengan mulut yang mengeluarkan busa.

Ia kemudian lekas mendekat pada calon korbannya itu dengan perasaan marah yang perlahan mereda dan berubah menjadi iba. Ia lantas mengecek keadaan lelaki bertubuh kurus itu. Hingga akhirnya, pandangannya jatuh pada selembar foto di sampingnya.

Dengan penuh tanda tanya, ia lalu mengambil foto itu dan memandanginya lekat-lekat. Sejenak kemudian, ia bisa membaca wajah muda ibunya yang tengah menggendong seorang bayi. Dan akhirnya, di sisi belakang foto itu, ia menemukan tulisan: Cintaku, Hani dan Ganjar.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar