Ada
anak yang menangis dalam tubuh seorang dewasa
Sepatunya
bolong, celananya sobek, kerah bajunya berjamur
Tetapi
ia harus pergi ke sekolah, menggendong tas berisi mimpi
Sebab
kenyataan masih menggantungkan harapannya, esok demi esok
Dengan
ayah-ibu yang terlalu matematis dalam menghitung kemiskinan
Betahun-tahun
penantian, sampailah ia di hari pembalasan
Raganya
berbalut kekayaan, dengan nafsu yang begitu fakir
Membeli
kesenangan untuk memanja kekanak-kanakannya
Berpesta-pora
hingga senja usianya, dan terpenjara tubuhnya
Bersama
keinginan yang tak kunjung memuaskan dendamnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar