Pandangan
orang lain acap kali dipertimbangkan seseorang dalam mengambil sebuah
keputusan. Sematang apa pun rasionalisasi sebab dan akibat dari sebuah tindakan
yang akan diambil, komentar orang lain selalu potensial menguatkan atau menggoyahkan.
Bagi orang yang tak punya pendirian teguh, dapat saja mengalami kebimbangan. Keputusannya
kemungkinan sejalan dengan pendapat orang lain yang paling kuat menghasut.
Tetapi jika seseorang berpendirian teguh, pendapatnya tetap akan diutamakan.
Jika
pandangan orang lain menjadi penentu utama pengambilan keputusan dalam seluruh
aspek kehidupan, maka keadaan itu dapat berakibat fatal. Seseorang yang terbiasa
menuruti komentar orang lain tanpa mempertimbangkan atau menyaringnya dengan
rasio dan perasaannya sendiri, tidak akan pernah menjadi dirinya sendiri. Ia tanpa
sadar menjadi orang lain. Keadaannya semakin gawat mengingat ada banyak orang
dengan pendapat berbeda-beda dalam menilai sesuatu, termasuk menilai diri
seseorang. Kalau beragam pendapat itu dihiraukan secara buta-buta, maka ketidakkonsistenan
sikap akan terus berlanjut.
Ketidakmampuan
seseorang merespons pandangan orang lain secara bijak, hingga kehilangan jati
dirinya, merupakan akibat dari pandangan sempit. Ia menilai perbedaan akan selalu
berujung menyakitkan. Diupayakannya kesamaan pendapat tercipta. Jika perlu,
mengalah pada orang lain. Diasumsikannya, untuk dapat dihargai dan tak
disalahkan atas sebuah keputusan, maka harus menjadi seperti keinginan orang
lain. Pola pikirnya menyimpulkan bahwa setiap individu punya kepentingan dan
harus mengalah terhadap orang-orang atau masyarakat, tidak sebaliknya. Individu
dipandang sebagai objek lingkungan sosial.
Keterpakuan
pada pandangan orang lain di lingkungan sosial mana pun, akan membuat seseorang
tidak pernah percaya diri terhadap apa yang akan dilakukannya. Setiap saat,
sebelum bertindak, akan selalu dipikirkannya tentang bagaimana pandangan orang
lain terhadapnya nanti. Tak ada keputusannya yang benar-benar mandiri. Setiap
gerak-gerik dibayangkan harus terhindar dari komentar miring orang lain.
Sebagai jalan amannya, agar tak dicap dungu, maka mengikuti mentah-mentah
penilaian orang lain pun dilakukan.
Paradigma
sempit yang menilai bahwa pandangan orang lain yang beragam, dengan motif
terselubung, lebih penting ketimbang keteguhan dan kepercayaan diri sendiri,
sudah selayaknya diubah. Itu adalah hantu kehidupan yang harus dilenyapkan.
Pola pikir itu harus dikembalikan pada fakta bahwa setiap orang punya masalah,
cara penyelesaian, dan tujuannya sendiri. Dengan begitu, setiap orang, pada
dasarnya adalah individu mandiri yang harus berpikir dan bertindak untuk
kepentingannya sendiri. Penilaian orang lain harus dianggap sebagai “embel-embel”
interaksi antarmanusia, yang kadang perlu dipertimbangkan ataukah diabaikan.
Akar
masalahnya sampai seseorang tak mampu lepas dari penilaian seseorang, tidak
lain adalah ketakutan bahwa sikapnya akan ditanggapi secara bertubi-tubi jika mengambil
keputusan secara tertutup. Sekecil apa pun perubahan pada dirinya, ditakutkan akan
menjadi bahan komentar orang lain. Padahal, anggapan semacam ini banyak tidak
benarnya. Penting untuk dicamkan bahwa setiap orang pasti lebih mementingkan
dirinya ketimbang orang lain. Karena itu juga, setiap bentuk perilaku seseorang,
termasuk menilai orang lain, sedikit banyak, berangkat dari kepentingannya
sendiri, yang tak ada sangkut-pautnya dengan diri objek komentar.
Pada
intinya, tak ada seseorang pun yang betah dan sengaja menghabiskan waktunya
hanya untuk menilai orang lain sepanjang waktu. Setiap orang punya kepentingan
sendiri-sendiri. Segala bentuk penilaian seseorang terhadap orang lain,
hanyalah sikap spontan yang akan pudar seiring waktu. Tak peduli perubahan
kecil atau besar pada diri seseorang, komentar-komentar dari orang lain, mustahil
dihindari. Tapi penting diingat bahwa kebanyakan dari itu hanya sementara dan
tak ada tujuan apa-apa untuk diri objek komentar. Untuk itu, segala komentar
tak selayaknya menjadi alasan untuk takut mengambil keputusan atau menyesali
perubahan baik yang telah terjadi.
Sudah
saatnya menancapkan pola pikir bahwa pada dasarnya, setiap orang adalah manusia
yang punya pikiran dan perasaan yang sama. Setiap orang punya masalah sendiri yang
membuatnya tidak mungkin melakukan kebodohan dengan berlama-lama mengurusi masalah
orang lain. Ego indvidu akan tetap abadi. Untuk itu, komentar miring dari siapa
pun, harus dianggap seperti angin lalu. Komentar itu akan terasa kencang,
bahkan menggoyahkan di awal. Tapi jika pendirian diteguhkan, maka yakinlah, pada
akhirnya, semua kata-kata kosong itu akan berlalu, lebur bersama waktu, menjadi
tak berarti.
Meneguhkan
pendirian di atas pandangan orang lain, adalah kunci utama menuju kedamaian
diri. Memilih jalan hidup secara independen adalah kunci ketenangan. Tak peduli
hasil akhir dari sebuah keputusan, asalkan itu adalah pilihan diri sendiri,
maka itulah yang terbaik. Bukan juga berarti harus menutup diri dari pendapat
orang lain, apalagi jika itu berupa saran-saran yang baik. Saran orang lain
tetaplah harus dipertimbangkan, tapi dengan tetap menjadikan diri sendiri
sebagai tolok ukur utama. Yang dimaksud pandangan atau pendapat yang patut
dihindari dalam tulisan ini adalah yang menjurus pada upaya “penjatuhan” atau
setidaknya “pengolok-olokan”.
Percaya
dirilah!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar