Sabtu, 11 Juni 2016

Meneguhkan Pendirian

Pandangan orang lain acap kali dipertimbangkan seseorang dalam mengambil sebuah keputusan. Sematang apa pun rasionalisasi sebab dan akibat dari sebuah tindakan yang akan diambil, komentar orang lain selalu potensial menguatkan atau menggoyahkan. Bagi orang yang tak punya pendirian teguh, dapat saja mengalami kebimbangan. Keputusannya kemungkinan sejalan dengan pendapat orang lain yang paling kuat menghasut. Tetapi jika seseorang berpendirian teguh, pendapatnya tetap akan diutamakan.

Jika pandangan orang lain menjadi penentu utama pengambilan keputusan dalam seluruh aspek kehidupan, maka keadaan itu dapat berakibat fatal. Seseorang yang terbiasa menuruti komentar orang lain tanpa mempertimbangkan atau menyaringnya dengan rasio dan perasaannya sendiri, tidak akan pernah menjadi dirinya sendiri. Ia tanpa sadar menjadi orang lain. Keadaannya semakin gawat mengingat ada banyak orang dengan pendapat berbeda-beda dalam menilai sesuatu, termasuk menilai diri seseorang. Kalau beragam pendapat itu dihiraukan secara buta-buta, maka ketidakkonsistenan sikap akan terus berlanjut.

Ketidakmampuan seseorang merespons pandangan orang lain secara bijak, hingga kehilangan jati dirinya, merupakan akibat dari pandangan sempit. Ia menilai perbedaan akan selalu berujung menyakitkan. Diupayakannya kesamaan pendapat tercipta. Jika perlu, mengalah pada orang lain. Diasumsikannya, untuk dapat dihargai dan tak disalahkan atas sebuah keputusan, maka harus menjadi seperti keinginan orang lain. Pola pikirnya menyimpulkan bahwa setiap individu punya kepentingan dan harus mengalah terhadap orang-orang atau masyarakat, tidak sebaliknya. Individu dipandang sebagai objek lingkungan sosial.

Keterpakuan pada pandangan orang lain di lingkungan sosial mana pun, akan membuat seseorang tidak pernah percaya diri terhadap apa yang akan dilakukannya. Setiap saat, sebelum bertindak, akan selalu dipikirkannya tentang bagaimana pandangan orang lain terhadapnya nanti. Tak ada keputusannya yang benar-benar mandiri. Setiap gerak-gerik dibayangkan harus terhindar dari komentar miring orang lain. Sebagai jalan amannya, agar tak dicap dungu, maka mengikuti mentah-mentah penilaian orang lain pun dilakukan.

Paradigma sempit yang menilai bahwa pandangan orang lain yang beragam, dengan motif terselubung, lebih penting ketimbang keteguhan dan kepercayaan diri sendiri, sudah selayaknya diubah. Itu adalah hantu kehidupan yang harus dilenyapkan. Pola pikir itu harus dikembalikan pada fakta bahwa setiap orang punya masalah, cara penyelesaian, dan tujuannya sendiri. Dengan begitu, setiap orang, pada dasarnya adalah individu mandiri yang harus berpikir dan bertindak untuk kepentingannya sendiri. Penilaian orang lain harus dianggap sebagai “embel-embel” interaksi antarmanusia, yang kadang perlu dipertimbangkan ataukah diabaikan.

Akar masalahnya sampai seseorang tak mampu lepas dari penilaian seseorang, tidak lain adalah ketakutan bahwa sikapnya akan ditanggapi secara bertubi-tubi jika mengambil keputusan secara tertutup. Sekecil apa pun perubahan pada dirinya, ditakutkan akan menjadi bahan komentar orang lain. Padahal, anggapan semacam ini banyak tidak benarnya. Penting untuk dicamkan bahwa setiap orang pasti lebih mementingkan dirinya ketimbang orang lain. Karena itu juga, setiap bentuk perilaku seseorang, termasuk menilai orang lain, sedikit banyak, berangkat dari kepentingannya sendiri, yang tak ada sangkut-pautnya dengan diri objek komentar. 

Pada intinya, tak ada seseorang pun yang betah dan sengaja menghabiskan waktunya hanya untuk menilai orang lain sepanjang waktu. Setiap orang punya kepentingan sendiri-sendiri. Segala bentuk penilaian seseorang terhadap orang lain, hanyalah sikap spontan yang akan pudar seiring waktu. Tak peduli perubahan kecil atau besar pada diri seseorang, komentar-komentar dari orang lain, mustahil dihindari. Tapi penting diingat bahwa kebanyakan dari itu hanya sementara dan tak ada tujuan apa-apa untuk diri objek komentar. Untuk itu, segala komentar tak selayaknya menjadi alasan untuk takut mengambil keputusan atau menyesali perubahan baik yang telah terjadi. 

Sudah saatnya menancapkan pola pikir bahwa pada dasarnya, setiap orang adalah manusia yang punya pikiran dan perasaan yang sama. Setiap orang punya masalah sendiri yang membuatnya tidak mungkin melakukan kebodohan dengan berlama-lama mengurusi masalah orang lain. Ego indvidu akan tetap abadi. Untuk itu, komentar miring dari siapa pun, harus dianggap seperti angin lalu. Komentar itu akan terasa kencang, bahkan menggoyahkan di awal. Tapi jika pendirian diteguhkan, maka yakinlah, pada akhirnya, semua kata-kata kosong itu akan berlalu, lebur bersama waktu, menjadi tak berarti.

Meneguhkan pendirian di atas pandangan orang lain, adalah kunci utama menuju kedamaian diri. Memilih jalan hidup secara independen adalah kunci ketenangan. Tak peduli hasil akhir dari sebuah keputusan, asalkan itu adalah pilihan diri sendiri, maka itulah yang terbaik. Bukan juga berarti harus menutup diri dari pendapat orang lain, apalagi jika itu berupa saran-saran yang baik. Saran orang lain tetaplah harus dipertimbangkan, tapi dengan tetap menjadikan diri sendiri sebagai tolok ukur utama. Yang dimaksud pandangan atau pendapat yang patut dihindari dalam tulisan ini adalah yang menjurus pada upaya “penjatuhan” atau setidaknya “pengolok-olokan”.

Percaya dirilah!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar