Perkembangan
teknologi memberi pengaruh besar kepada pola komunikasi sosial antarmanusia.
Apalagi kala teknologi jejaring data atau internet semakin maju dan berbiaya
murah, ditambah sokongan beragam aplikasi media sosial, maka interaksi antarmanusia
pun beralih ke dunia maya. Orang-orang dengan mudah melakukan obrolan, atau
sekadar saling berbagi informasi melalui beragam media sosial. Di sisi lain, komunikasi
secara langsung, menjadi hambar dan terabaikan.
Berkenalan
dengan orang-orang baru pun, sering kali berawal di media sosial. Tak perlu
untuk bertemu secara langsung terlebih dahulu, tapi berbekal keberanian dan kata
kunci akun pribadi seseorang, sesi perkenalan pun dapat dilangsungkan.
Akhirnya, banyak terjadi, seseorang memiliki banyak teman di media sosial, tapi
tak pernah benar-benar mengenalnya secara langsung. Sekadar teman di dunia maya,
bukan dunia dalam kenyataan.
Dampak
lanjutan dari komunikasi melalui media sosial adalah mudahnya berprasangka pada
seseorang. Setiap orang akan saling menilai berdasarkan unggahan kata, simbol,
gambar, maupun video. Imbasnya, dapat terjadi penilaian yang salah pada
kepribadian seseorang. Mudah terjadi kesalahpahaman. Seseorang akan dicap
berperangai buruk, bahkan dikatakan tak berperasaan, hanya karena statusnya di
media sosial, padahal ia tak bermaksud demikian sama sekali.
Pembacaan
yang keliru terhadap seseorang berdasarkan apa yang terlihat di media sosial,
memang sangat rentan terjadi. Pesan-pesan di media sosial, jelas dapat
ditafsirkan berbeda oleh setiap orang. Kemungkinan besar itu dikarenakan komunikasi
di media sosial, tidak menyertakan ekspresi seseorang secara langsung, padahal
itu jelas sangat berpengaruh dalam penafsiran makna sebuah pesan.
Dunia
maya di balik media sosial, jelas penuh intrik pencitraan pribadi, atau pengaburan
identitas, baik dilakukan secara sengaja atau tidak. Di media sosial, setiap
orang bisa saja menonjolkan sisi positif pada dirinya, atau bahkan sengaja
dibuat-buat. Bisa juga, seseorang menutupi kepribadiannya di akun media
sosialnya secara sengaja. Karena itulah, pesan-pesan di media sosial, tak dapat
dijadikan patokan mutlak untuk menilai kepribadian seseorang.
Menghilangkan
kecenderungan untuk saling membaca kepribadian di media sosial, memang sulit.
Apalagi telah dikatakan di awal, bahwa komunikasi antarmanusia belakangan ini,
banyak beralih ke media sosial yang jelas tak seekspresif komunikasi secara
langsung. Menyadari kenyataan itu, mawas diri dalam bermedia sosial, menjadi
sangat penting. Wujudnya dapat dengan membiasakan diri meneliti setiap pesan
yang akan dimuat di akun media sosial
Di
sisi lain, bagi penerima informasi,
perlu juga memahami bahwa kepribadian seseorang tak selalu sejalan dengan apa
yang termuat di akun media sosialnya. Dunia maya, adalah dunia penuh tipuan. Maka
dapat terjadi, seseorang memuat pesan di akun media sosial sekadar sebagai
informasi, tidak sebagai gambaran kepribadiannya. Oleh kerena itu, berprasangka
baik, perlu diutamakan di media sosial. Terkait sejalan tidaknya kepribadian
seseorang dengan pesan di akun media sosialnya, sebaiknya dipastikan dengan
berkomunikasi secara langsung.
Akhirnya,
penting untuk kembali mendudukkan media sosial sekadar sebagai sarana penunjang
komunikasi. Untuk saling mengenal kepribadian secara tepat, tidaklah cukup
dengan berkomunikasi melalui media sosial, atau menelusuri informasi kepribadian
seseorang di media siber. Berkomunikasi secara langsung tetap harus menjadi
jalan terbaik untuk saling mengenal. Maka, biasakanlah untuk saling mengenal di
dunia nyata, dan hindari berprasangka buruk berdasarkan informasi di dunia maya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar