Perbedaan
pendapat lumrah terjadi dalam relasi sosial antarmanusia. Itu terjadi pada beragam
persoalan dan ruang lingkup yang luas. Secara garis besar, silang pendapat bisa
mencakup semua unsur 5W+1H, yaitu apa, siapa,di mana, kapan, mengapa, dan
bagaimana. Jadi, perbedaan pendapat hingga berujung pada perdebatan, pada
dasarnya dimulai sejak penentuan keberpihakan, sampai pada bagaimana
keberpihakan itu diwujudkan.
Perbedaan
adalah sebuah keniscayaan, termasuk dalam persoalan berpendapat. Perbedaan itu akan
semakin senjang mengingat manusia punya naluri membela diri. Pada setiap
pendapat, akan selalu disertai upaya pembelaan untuk menegaskan satu pihak
lebih benar dari pihak lain. Segala argumentasi logis pun dipaparkan untuk memonopoli
predikat kebenaran. Sikap semacam itu akan ditempuh oleh semua pihak yang
terlibat dalam perbedaan pendapat.
Dampak
dari pertentangan pendapat secara sengit namun cerdas, dapat saja memunculkan kesan
seakan setiap pendapat dari semua pihak adalah benar. Benar dalam artian logis.
Nilai kebenaran akhirnya dipandang tak kaku, tak mesti satu, sehingga dapat
saja semua pihak, benar. Pola pikir ini akan berujung pada anomali nilai, sampai
membuat orang bingung dan tak berani memvonis hal yang sebelumnya dianggap
benar adalah benar, dan salah adalah salah.
Setiap
orang pasti pernah mengalami kebingungan dalam menentukan pilihan tentang pendapat
mana yang benar. Buktinya, sering terjadi orang-orang berubah pendapat setelah menjalani
perdebatan panjang, ataukah memilih untuk tidak bersikap atau netral.
Ringkasnya, nilai kebenaran pendapat yang diyakini seseorang, akan selalu tertawar
oleh pendapat orang lain. Keteguhan pendapat seseorang tentang sesuatu, dapat saja
berubah dari waktu ke waktu, beralih ke pendapat pihak lain.
Kebenaran
adalah keberpihakan. Begitulah kesimpulan dari anggapan bahwa pengakuan atas kebenaran
pandapat, terkait dengan suksesnya upaya meyakinkan orang lain secara logis. Kebenaran
tidak dicari, tetapi sedari awal, telah melekat pada sisi keberpihakan. Segala
argumentasi tentang kebenaran pun, dituturkan hanya untuk menyatakan bahwa
pihak bersangkutan, benar. Demi memenangkan silang pendapat, maka alasan-alasan
logis, menjadi senjata utama. Argumentasi itu, menyerang nalar, sehingga tak ada
alasan lain untuk membantahnya.
Lalu,
manakah pendapat yang benar, sebab bukankah kebenaran itu hanya satu? Menjawab pertanyaan
ini tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Apalagi, jika pertentangan
pendapat itu, bukan pada ranah ilmu pasti, seperti matematika, melainkan terjadi
di ranah ilmu sosial. Maka, mendamaikan silang pendapat itu pun, tak bisa
langsung dikuantifikasikan, sebab masalahnya terletak pada kualitas pendapat. Karena
itu, akhirnya, hanya ada satu cara menentukan pendapat yang benar, yaitu mencari
yang paling logis dan meyakinkan.
Tidak
ada daya untuk langsung menyatakan pendapat pihak tentu tidaklah benar, dalam
artian tak logis. Semua pendapat punya nilai untuk dirumuskan secara logis. Itu
sejalan dengan pandangan bahwa selalu ada alasan untuk membela keberpihakan.
Namun itu tidak berarti bahwa batas nilai menjadi tidak jelas, antara nilai
benar dan salah. Dalam dua hal yang bertentangan, pastilah ada ada pendapat pihak
tertentu yang nilai kebenarannya lebih dari pendapat pihak lain.
Lalu,
mungkinkah menyatukan pendapat? Jalan satu-satunya untuk menyatukan pendapat
adalah menyatukan keberpihakan. Jika setiap orang telah menyamakan
keberpihakannya, maka pendapatnya pun akan senantiasa tertuju akhir yang sama.
Intinya, untuk sampai pada kesatuan pendapat dan kesatuaan aksi, maka setiap orang
harus menyelesaikan pertentangannya di tataran “apa”. Setelah itu, baru beralih
untuk mengatasi perbedaan kecil pada unsur pertentangan pendapat yang lain, yaitu
tentang “siapa, di mana, kapan, mengapa, dan bagaimana”, yang ditujukan sekadar untuk mewujudkan
unsur “apa” itu.
Formula
jitu untuk menyatukan pertentangan pendapat tentang unsur “apa” atau untuk menyatukan
keberpihakan, tidak lain adalah melibatkan hati nurani. Hanya dengan cara itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar