Sabtu, 21 Mei 2016

Pengetahuan dan Masalah

Ada ungkapan bahwa membaca dapat membuat seseorang menyadari pengetahuannya sangat minim. Dari secuil pengetahuanlah, timbul banyak pertanyaan. Untaian pertanyaan itu menuntut jawaban demi menambah pundi-pundi pengetahuan. Semakin banyak pengetahuan, maka semakin banyak pula tanya bermunculan. Pengetahuan seakan menjadi sumber masalah. Bukannya memberikan ketenangan, pengetahuan malah terus menambah beban.

Seiring bertambahnya pengetahuan, tuntutan terhadap diri sendiri pun semakin meningkat. Pengetahuan tidak sekadar memaksa untuk terus bertanya demi mengorek sedikit demi sedikit kepingan pengetahuan yang tak bertepi, tapi juga menumbuhkan keinginan seseorang. Banyak tahu, berarti banyak keinginan. Keinginan itu dapat menjadi masalah jika tak dapat terwujud.


Seseorang yang tidak mengetahui tentang sesuatu, tidak akan pernah punya keinginan terhadap sesuatu. Begitu pun sebaliknya. Sebagai ilustrasi: orang tidak akan memperebutkan emas seandainya ia tak tahu emas adalah logam mulia yang memiliki nilai keuangan yang tinggi. Timbullah pernyataan: benarkah pengetahuan menjadi sumber masalah?

Mencari jawaban pertanyaan di atas harus berangkat dari jawaban pertanyaan: benarkah setiap pengetahuan akan berujung pada sebuah masalah? Jawabannya, belum tentu. Pengetahuan seseorang tidak berarti menjadi masalah baginya. Tapi pernyataan bahwa masalah dimulai dari sebuah pengetahun, itu benar. Tahu jika sebuah konsep relasi antara subjek dan objek adalah masalah, juga adalah pengetahuan. 

Nah, jika pengetahuan bukan sumber masalah, lalu apa? Ada sebuah ilustrasi: tiga orang sedang duduk dan berbincang-bincang. A dan B adalah perokok, sedangkan C tidak. Timbullah keinginan A dan B untuk memantik batang rokoknya. Tapi masalahnya, hanya tersisa sebatang korek api yang hanya cukup untuk menyalakan sebatang rokok. Pertanyaannya, apakah keadaan tersebut menjadi masalah bagi C? Jawabannya, tidak. Tapi, keadaan itu tentu menjadi masalah bagi A dan B.  

Dari ilustrasi di atas, C tidaklah mempermasalahkan keadaan, meskipun ia tahu bahwa untuk merokok, seseorang butuh pemantik api. Pengetahuannya tidak berujung pada masalah. Di sisi lain, A dan B yang jelas mengetahui bahwa korek digunakan sebagai pemantik, merasa itu adalah sebuah masalah. Tapi bukan berarti pengetahuan mereka tentang fungsi korek yang menjadi sumber masalah. Munculnya masalah karena keinginan merokok untuk mereka secara bersamaan, tak bisa terpenuhi akibat daya pemantik tak cukup.

Dapatlah ringkas bahwa pengetahuan berpotensi untuk menimbulkan masalah. Konteks aplikasi dari pengetahuan itulah yang akan menimbulkan masalah atau tidak, dalam hal ini adalah keinginan seseorang. Sebagai ilustrasinya: masyarakat adat di Papua tidak merasa bahwa menggunakan koteka adalah sebuah masalah, meskipun mereka tahu, bahwa masyarakat kekinian telah menggunakan pakaian “modern” dengan segala jenis merek. Kenyataan itu dikarenakan mereka nyaman dengan kearifan lokal, dan tak berkeinginan untuk berpenampilan sesuai tafsir kekinian.

Dengan demikian, pengetahuan bukanlah sumber masalah. Masalah sebenarnya timbul akibat tingginya hasrat seseorang untuk memenuhi keinginannya terhadap sesuatu yang sifatnya terbatas atau bahkan tidak ada. Sumber masalah adalah keinginan tak terkendali, yang tidak mempertimbangkan rasionalitas dan moralitas. Itu sebagimana definisi masalah, yaitu ketidaksesuaian antara keinginan dengan kenyataan. Karena itu, teruslah mencari pengetahuan tanpa rasa takut bahwa seiring itu, masalah akan menumpuk dan membebani. Di sisi lain, kendalikanlah keinginan, lalu wujudkan dengan cara yang benar dan beradab.   

Tulisan ini adalah ringkasan dari sekian banyak percikan pengetahuan dari aktivitas diskusi bersama seorang teman dan senior di kampus, Jumat, 20 Mei 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar