Selama
masih bernapas, setiap orang tak pernah berhenti berharap. Selalu saja ada yang
mereka harapkan. Mereka mengharapkan sesuatu sampai mereka memilikinya,
kemudian kepemilikan itu akan memunculkan harapan yang baru. Kemarin mereka mengharapkan
ini, besok mereka mengharapkan itu, lalu mengharapkan ini-itu yang di
waktu-waktu selanjutnya.
Keinginan
memiliki memang sudah menjadi fitrah yang tak ada matinya. Memiliki sesuatu
yang sebelumnya diharapkan, bukanlah akhir bagi setiap orang untuk berhenti mengharapkan
yang lain. Memiliki sesuatu hanyalah perantara menuju harapan yang baru.
Memiliki dan mengharapkan adalah proses kehidupan yang tak pernah berhenti
bergulir.
Pada
awalnya, seseorang mungkin mengharapkan penghidupan yang biasa-biasa saja. Namun
setelah mendapatkan pekerjaan yang ternyata sangat menghasilkan, ia pun
berharap untuk membangun dan mengembangkan sebuah bisnis. Tetapi setelah
bisnisnya itu berjaya, ia pun berharap mengembangkan bisnis yang lain, dan
seterusnya.
Atas
harapan-harapan yang tak berkesudahan, kehidupan pun tak pernah berhenti di
satu titik. Setiap orang selalu ingin beranjak dari sebuah pencapaian yang mungkin
sebelumnya mereka rencanakan sebagai perhentian. Sampai akhirnya mereka tiba di
titik kejenuhan dan kebingungan untuk menemukan
jawaban tentang untuk apa segala yang telah mereka miliki.
Menemukan
jawaban soal untuk apa segala pencapaian yang pada akhirnya menumpuk, adalah
perihal yang sangat penting bagi setiap orang. Tanpa itu, kehampaan hidup akan
melanda di puncak keberhasilan, sebab harapan-harapan yang diinginkan mungkin
tercapai dengan begitu cepat, tetapi hidup yang masih terus berlangsung, seolah
kehilangan tujuan.
Jawaban
tentang untuk apa mengharapkan dan memiliki perihal tertentu, pada dasarnya
lebih penting dan mesti didahulukan ketimbang menjawab tentang apa yang harus
dimiliki. Mencapai harapan tanpa tahu untuk apa pencapaian itu selanjutnya,
akan membuat seseorang kehilangan arah untuk mengartikan keberadaannya, dan ia
akan merasa hampa.
Banyak
peristiwa yang membuktikan bahwa kehilangan jalan untuk mengartikan hidup akan
menimbulkan dampak negatif. Peristiwa tentang selebriti yang berada di puncak
karir, tetapi malah frustrasi dan nekat bunuh diri, adalah sebuah contoh. Kerena
tak mampu mengartikan popularitas dan kemewahan hidup, mereka pun merasa kalau
hidup mereka tak lagi berarti.
Pada
akhirnya, harapan untuk memiliki hanya akan berujung pada kehampaan yang
berbahaya jika tidak beserta jawaban tentang untuk apa memiliki. Pasalnya, kebutuhan
hidup untuk memiliki, sama nilainya dengan kebutuhan hidup untuk memberi atas
itu. Dicintai, sama pentingnya dengan mencintai. Hanya dengan keseimbangan dan kesinambungan
itu, kehidupan jadi bermakna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar