Setelah
kalah dalam pertarungan mewujudkan cita-cita, setiap orang akan kembali
mempertanyakan batas harapannya sendiri. Mereka akan menimbang-nimbang tingkat
harapan yang mereka patok terhadap tingkat kemampuan yang mereka miliki.
Beberapa di antaranya akan berpasrah dengan menurunkan derajat harapan,
beberapa malah menambah daya juang.
Tetapi
satu-dua kegagalan, mungkin tak akan berarti untuk meruntuhkan semangat
menggapai cita. Beberapa orang akan kembali mencoba dengan keyakinan bahwa upaya
untuk memantaskan diri, secara logika, pasti membuahkan kemenangan. Sampai akhirnya,
mereka dikalahkan lagi dan lagi, oleh orang-orang yang bahkan mereka anggap tak
lebih banyak berkorban ketimbang mereka.
Pada
puncak penumpukan kegagalan itu, beberapa orang akhirnya menyerah dan membunuh
harapan mereka. Untuk segenap pengorbanan mereka yang tak menghasilkan
kemenangan, mereka akan merenunginya dengan penuh penyesalan. Mereka berandai-andai,
seandainya waktu bisa diputar kembali, mereka tak pernah mengusahakan apa-apa
sejak awal.
Penyasalan-penyesalan,
pada tahap selanjutnya, akan membuat mereka menjadi penuh kepasrahan. Mereka ikhlas
menerima apa saja yang ada dan tiada, tanpa hasrat memperjuangkan apa-apa. Mereka
mengokohkan pandangan bahwa segala sesuatu yang telah ditakdirkan untuk
terjadi, pasti akan terjadi juga, meski mereka tidak melakukan apa-apa atas
itu.
Namun
pada sisi lain, kepasrahan tidak berarti bermasa bodoh bagi beberapa orang.
Mereka akan tetap berjuang menggapai harapan mereka, tetapi mereka akan
berpasrah tentang hasil akhirnya, Mereka tersadar bahwa mereka hanyalah bagian
kecil dari orang-orang yang memperjuangkan harapan, dan mereka hanya terlalu
egois untuk menginginkan harapan mereka selalu terwujud.
Seiring
kesadaran itu, mereka akan fokus merenungi dan memperhitungkan kemenangan-kemenangan
ketimbang satu-dua kekalahan yang telah terjadi. Lalu perlahan-lahan, mereka akan
menyadari bahwa di antara banyak kegagalan yang mereka dapatkan setelah
berusaha, ternyata, banyak juga keberhasilan yang telah mereka dapatkan tanpa
rencana.
Perenungan
hakikat perjuangan dan keberhasilan hidup, akhirnya membawa mereka pada satu kesadaran
yang utuh, bahwa hidup bukan tentang kalah dan menang, tapi tentang sabar dan
syukur; Bahwa hidup bukan tentang usaha dan hasil semata, tetapi tentang ikhlas
menerima ketidakpastian akhir yang pasti, nantinya, entah dengan bersabar atau
bersyukur.
Pada
kesimpulannya, mereka yang telah menemukan makna hidup tentang perwujudan
harapan-harapan, akan menyadari bahwa di tengah ketidakpastian akhir segela
perjuangan, yang sepatutnya mereka lakukan adalah berjuang. Mereka tahu bahwa
sebelum akhir yang pasti itu datang, nilai hidup ada di dalam sekeras-kerasnya
perjuangan. Setidaknya, dan mereka telah berjuang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar