Perkembangan
teknologi komunikasi telah menciptakan dunia tanpa batas. Pertukaran informasi tak
lagi tersekat ruang dan waktu. Batas-batas lokalitas telah pupus dan melebur ke
dalam koneksi global. Melalui berbagai macam platfom media sosial, setiap orang
bisa memperoleh kabar-kabar tentang kawasan dunia yang merentang jauh, kapan
dan di mana saja.
Informasi
yang berserakan di layar kaca, akhirnya menyesaki pikiran setiap orang. Raga
mungkin terkurung dalam satu ruang, tetapi pandangan mengembara ke segenap
penjuru. Hidup mungkin di lingkungan yang sederhana, tetapi pengetahuan
kompleks tetap bisa diakses. Orang kampung mengetahui persoalan kota, orang desa
mengetaui persoalan dunia, dan seterusnya.
Pengetahuan
memang telah mengangkangi batas lingkungan hidup. Setiap orang larut mengamati persoalan
orang lain yang jauh dari lingkup teritorialnya. Sampai perhatian mereka pun keluar
dari masalah yang berada di sekitar keberadaannya. Hingga terjadilah, semisal, orang-orang
di daerah terpencil bisa turut mempersoalkan permasalahan kota metropolitan di
negara seberang.
Untuk
menyatakan perhatian atas masalah-masalah yang terjadi di media sosial, entah
terjadi di mana pun itu, setiap orang kemudian menerjunkan diri ke dalam perbincangan
panas tak berkesudahan. Melalui bilik-bilik media sosial, mereka mengutarakan
keresahan-keresahan atas sebuah masalah, meski masalah itu jauh dari
sangkut-paut kehidupannya secara langsung.
Lambat
laun, setelah pendapat-pendapatnya mendulang respons di media sosial, setiap
orang pun mengokohkan esksistensinya di dunia maya. Mereka merasa diangap ada di
dalam dunia maya, sehingga perlahan-lahan, mereka mulai merasa terasing dari dunia
nyata. Sampai akhirnya, mereka menganggap kehidupan dunia maya lebih serius
ketimbang kehidupan senyatanya.
Setiap
orang yang telah larut dalam dunia maya, dengan sungguh-sunguh, akan mencurahkan
seluruh perhatiannya pada permasalahan kehidupan yang mereka jumpai di balik
layar. Mereka merespons setiap persoalan itu dengan sepenuh emosi, seolah-olah
perhatian mereka itu sangat penting dan memberikan dampak positif bagi
kehidupan yang nyata.
Atas
peralihan perhatian ke dalam dunia maya, pada akhirnya, orang-orang akan kehilangan
sensibilitas sosial di dalam dunia yang senyatanya. Mereka mengabaikan keadaan
sekitarnya, tetapi sangat memerhatikan keadaan yang jauh darinya. Sampai ketika,
mereka merasa biasa saja terhadap kabar orang-orang terdekatnya, tetapi sangat emosional
menanggapi kabar orang-orang yang entah siapa.
Akhirnya,
melalui berbagai macam saluran media sosial, dunia maya telah memerangkap hati
dan pikiran orang-orang dari kehidupan sosialnya. Segenap hiruk-pikuk kesemuan
dunia maya, telah menyesatkan pemikiran dan perasaan mereka dari arti dan bakti
kehidupan yang sederhana. Mereka merasa telah melakukan hal-hal yang sangat
berarti, yang senyatanya tak berguna sama sekali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar