Demi
menyamai atau melampaui pencapaian orang lain, mereka yang ambisius akan
memasang target yang lebih tinggi. Mereka mencanangkan untuk mencapai rencana-rencana
besar itu dalam waktu yang secepat-cepatnya, agar ambisi mereka segera
terwujud. Mereka kukuh tanpa peduli pada perbedaan daya antara mereka dan orang-orang
yang hendak mereka saingi.
Atas
target yang mereka patok sendiri di tengah arena persaingan ilusif, mereka akhirnya
mendulang perasaan kecewa. Mereka tidak ternyata mampu mengungguli para pesaing
karena target mereka tidak tercapai maksimal akibat halangan-halangan yang
tidak terkira. Hingga akhirnya mereka merasa gagal dan putus asa untuk menjadi
lebih baik dari yang lain.
Seturut
kemudian, di tengah perasaan rendah diri, mereka pun kehilangan daya tempur,
hingga memutuskan untuk tidak lagi memasang target persaingan. Mereka bahkan jadi
kehilangan semangat hidup untuk memperjuangkan apa-apa. Mereka tidak ingin lagi
mengharapkan sesuatu yang muluk-muluk ataupun sederhana, sebab mereka tidak
ingin lagi merasakan kecewa.
Sampai
akhirnya, mereka yang putus harapan memutuskan untuk hidup tanpa rencana. Mereka
berhenti untuk menjadi seperti orang lain yang membuat dan memperjuangkan rencana-rencana
pencapaian. Mereka tidak tertarik lagi untuk menjadi lebih baik dari yang lain.
Mereka menerima saja untuk menjadi apa adanya, tanpa hasrat untuk menjadi
siapa-siapa.
Namun
seiring waktu, di sepanjang kehidupan yang begitu-begitu saja, mereka pun merasakan
kehampaan yang mendalam. Mereka merasa kehilangan arti hidup, sebab mereka
kehilangan nilai eksistensi mereka di tengah orang-orang. Mereka merasa tidak
berguna, sebab mereka seolah-olah dianggap tiada.
Tetapi
bagi yang sedari awal menganggap hidup bukanlah tentang persaingan yang mesti
dimenangkan, jalan maknanya akan sangat berbeda. Hidup mereka akan mengalir
dengan begitu damai, sebab mereka mencanangkan dan memperjuangkan target
pencapaian bukan untuk sekadar menjadi lebih baik dari orang lain, tetapi untuk
menjadi lebih baik dari diri mereka sendiri.
Bagi
mereka yang memilih bertarung dengan diri mereka sendiri, menjadi diri yang
lebih baik dari waktu ke waktu, adalah sebuah pencapaian yang sangat bernilai. Mereka
menghargai diri mereka sendiri tanpa perlu dan bukan karena dianggap lebih baik
dari siapa-siapa. Mereka tidak terjebak pada stigma-stigma yang hendak menyerat
mereka ke dalam pertarungan orang-orang yang bernafsu untuk menang agar dianggap
lebih baik dari yang lain.
Tujuan
akhir bagi mereka yang melawan dan menghargai diri sendiri adalah kedamaian.
Mereka tidak akan merasa kecewa atas hasil persaingan dengan orang lain, sebab
mereka memang tidak merasa bersaing dengan siapa-siapa. Mereka tidak akan merasa
hampa karena tidak mendulang pujian atas sebuah pencapaian, sebab mereka memang
tidak mengharapkan itu. Mereka tidak akan merasa rendah diri setelah
mendapatkan hinaan atas sebuah kekalahan, sebab mereka lebih menghargai diri
mereka sendiri, yang telah menang atas diri mereka sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar