Setelah
Ibunya, Sutijah, menyampaikan kerinduan melalui telepon, Maimun akhirnya
mengambil cuti kerjanya sebagai penata rias di sebuah salon kecantikan. Ia
lantas pulang ke kampung keesokan harinya. Namun sesampainya di rumah, ia paham
kalau bukan rindu yang membuat sang ibu memintanya pulang, tetapi sepi.
Ia menyaksikan sendiri kalau Sudirman, ayahnya, tak lagi bercengkerama sehangat
dahulu dengan sang ibu.
Ketika
Maimun meminta penjelasan, Ibunya pun menerangkan kalau sang ayah telah berubah
perangai tanpa alasan yang jelas. Sang ayah seolah-olah telah kehilangan
ketertarikan terhadap sang Ibu yang semakin menua dan tak terawat. Sang ibu
bahkan mengatakan kalau barangkali sang ayah telah terpikat dengan wanita lain
yang lebih muda dan menawan, dan menganggap sang ibu hanya sebagai penghalang bagi
hasratnya untuk menikah lagi.
Khawatir
orang tuanya bercerai, Maimun pun memboyong Ibunya ke kota. Ia lantas
memanjakan sang ibu dengan segala jenis perawatan kecantikan. Ia menyemir
rambut sang ibu, melulur kulitnya, serta membersihkan kuku dan giginya, sampai tampak
beberapa tahun lebih muda. Ia berharap, sepulang kampung, sang ibu akan tampak
menawan lagi di mata sang ayah. Ia menaksir, kalau begitu, sang ibu akan
kembali hidup secara harmonis dengan sang ayah.
Akhirnya,
hari ini, pulanglah sang ibu ke kampung halaman seorang diri setelah seminggu
menetap di kota. Dan sesampainya di rumah, ia pun langsung bersitatap dengan
sang suami:
“Bapak
apa kabar?” tanya Sutijah kepada sang suami, sembari berjalan berlenggak-lenggok.
Sudiman
yang terperang, menjawab dengan terbata-bata. “Baik-baik. Baik sekali!”
“Kenapa
Bapak jadi bengong begitu?” tanya Sutijah lagi, terdengar manja.
Sudiman jadi kelimpungan, lantas menjawab kikuk, “Tak apa-apa.”
“Benarkah?”
selidik Sutijah, kemudian mendekat ke arah suaminya dengan sikap penuh gairah.
Seketika,
Sudirman menjauh. “Maaf, Bu, aku sudah punya istri. Jangan mendekat-dekat!”
titahnya, sambil melangkah perlahan-lahan ke arah pintu.
Sutijah
jadi bingung.
“Pergilah.
Aku tak ingin mengkhianati istriku!” tegas Sudirman.
Sutijah
pun tersentak. Ada keharuan dan keheranan yang beraduk di dalam hatinya. “Aku
ini istrimu, Pak! Aku Sutijah!”
“Bohong!
Jangan coba-coba menipuku! Pergi!” tegas Sudirman, lantas keluar pintu,
kemudian melangkah menuju ke rumah kepala desa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar