Sabtu, 13 Juli 2019

Sulap Kota

Setelah Ibunya, Sutijah, menyampaikan kerinduan melalui telepon, Maimun akhirnya mengambil cuti kerjanya sebagai penata rias di sebuah salon kecantikan. Ia lantas pulang ke kampung keesokan harinya. Namun sesampainya di rumah, ia paham kalau bukan rindu yang membuat sang ibu memintanya pulang, tetapi sepi. Ia menyaksikan sendiri kalau Sudirman, ayahnya, tak lagi bercengkerama sehangat dahulu dengan sang ibu. 
 
Ketika Maimun meminta penjelasan, Ibunya pun menerangkan kalau sang ayah telah berubah perangai tanpa alasan yang jelas. Sang ayah seolah-olah telah kehilangan ketertarikan terhadap sang Ibu yang semakin menua dan tak terawat. Sang ibu bahkan mengatakan kalau barangkali sang ayah telah terpikat dengan wanita lain yang lebih muda dan menawan, dan menganggap sang ibu hanya sebagai penghalang bagi hasratnya untuk menikah lagi.

Khawatir orang tuanya bercerai, Maimun pun memboyong Ibunya ke kota. Ia lantas memanjakan sang ibu dengan segala jenis perawatan kecantikan. Ia menyemir rambut sang ibu, melulur kulitnya, serta membersihkan kuku dan giginya, sampai tampak beberapa tahun lebih muda. Ia berharap, sepulang kampung, sang ibu akan tampak menawan lagi di mata sang ayah. Ia menaksir, kalau begitu, sang ibu akan kembali hidup secara harmonis dengan sang ayah.

Akhirnya, hari ini, pulanglah sang ibu ke kampung halaman seorang diri setelah seminggu menetap di kota. Dan sesampainya di rumah, ia pun langsung bersitatap dengan sang suami:

“Bapak apa kabar?” tanya Sutijah kepada sang suami, sembari berjalan berlenggak-lenggok.

Sudiman yang terperang, menjawab dengan terbata-bata. “Baik-baik. Baik sekali!”

“Kenapa Bapak jadi bengong begitu?” tanya Sutijah lagi, terdengar manja.

Sudiman jadi kelimpungan, lantas menjawab kikuk, “Tak apa-apa.”

“Benarkah?” selidik Sutijah, kemudian mendekat ke arah suaminya dengan sikap penuh gairah.

Seketika, Sudirman menjauh. “Maaf, Bu, aku sudah punya istri. Jangan mendekat-dekat!” titahnya, sambil melangkah perlahan-lahan ke arah pintu.

Sutijah jadi bingung.

“Pergilah. Aku tak ingin mengkhianati istriku!” tegas Sudirman.

Sutijah pun tersentak. Ada keharuan dan keheranan yang beraduk di dalam hatinya. “Aku ini istrimu, Pak! Aku Sutijah!”

“Bohong! Jangan coba-coba menipuku! Pergi!” tegas Sudirman, lantas keluar pintu, kemudian melangkah menuju ke rumah kepala desa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar