Aku
hidup dengan rahasia yang mungkin akan kusimpan sepanjang hidupku. Sebuah
rahasia tentang seorang sahabat baikku sendiri. Rahasia tentang rahasia hatinya
yang terdalam. Sebuah kepercayaan yang hanya diketahui olehku sebagai teman baiknya,
dan aku punya tanggung jawab untuk tidak mengungkapkannya kepada orang yang
lain.
Rahasia
yang kugenggam tentang dirinya bukanlah perihal yang memalukan, tetapi perihal
yang mengharukan. Satu rahasia tentang kata hatinya yang tak sampai kepada sang
gadis pujaan, kepadamu, hingga akhirnya ia meninggal saat masih di tengah
perjuangan untuk mewujudkan cintanya. Sebuah rahasia yang menyentuh hati setiap
perjuang dan pencinta rahasia, termasuk diriku sendiri.
Aku tahu
jelas, lima tahun yang lalu, ia pergi ke kota seberang untuk mencari
penghidupan yang menjamin. Aku tahu ia mempertaruhkan segalanya demi menyongsong
kehidupan masa depan bersamamu. Aku tahu, ia berusaha menjadi orang berada demi
menyatakan mimpinya untuk menikah denganmu, sebab ia paham kalau dalam kehidupan yang
sangat materialistis ini, tak ada artinya cinta tanpa harta-benda.
Pemahamannya
soal perwujudan cinta yang mensyaratkan ini-itu, tidaklah lahir dari
ketakutannya saja, tetapi lahir dari sebuah pengalaman yang memilukan. Seminggu
sebelum perantauannya ke pulau seberang, aku dan dia sempat menemui ayahmu untuk
menyampaikan maksud hatinya, tetapi ia malah mendapatkan penolakan
mentah-mentah, layaknya pengemis. Dan sejak saat itu, ia memutuskan pergi untuk
kembali sebagai konglomerat.
Hingga
saat ini, kau yang menjadi cinta rahasianya, kuyakin, sama sekali tidak tahu-menahu tentang
rahasia yang kugenggam tentangnya. Bahkan bisa kupastikan bahwa kau tak sedikit
pun menduga bahwa ia menyimpan rahasia hatinya terhadapmu. Itu karena ia sungguh seorang
lelaki yang teguh menjaga kesucian cintanya, sebagaimana teguhnya aku menjaga
kesucian cintaku sendiri.
Sampai
akhirnya, datanglah hari ketika kau mempertanyakan rahasia yang kupendam di
dalam hatiku. Kau ingin mengetahui rahasia hatiku sendiri, bukan rahasia yang
kupendam atas rahasia hatinya:
“Apa
yang kau cari dariku?” tanyamu, sambil menatap hamparan danau, lalu menunduk
dan memain-mainkan jari.
Aku lekas
menelisik tanpa dugaan apa-apa, “Maksudmu?”
“Aku
hanya bertanya-tanya tentang alasanmu sampai betah menghabiskan waktu-waktu
bersamaku di antara banyak perempuan yang barangkali lebih menyenangkan
untukmu.” Kau lantas menjeda sejenak, lalu menelan ludah yang tertahan di
tenggorokanmu. “Aku ingin mengetahui perasaanmu padaku.”
Seketika,
aku jadi kelimpungan, tetapi lekas menuturkan jawaban yang bermakna biasa, “Tentu
saja aku senang bersamamu. Kau perempuan yang menyenangkan.”
“Apa sekadar begitu?”
“Ya, apa
lagi?”
Kau pun
menunduk, lantas bertanya pelan, “Tak maukah kau menikah denganku?”
Sontak,
aku terkesiap. Aku seolah-olah baru saja dibenamkan di dalam salju, lantas
dibuang ke dalam api yang berkobar.
Hening
beberapa saat.
Kau lalu
menatapku sayup, seolah menagih jawaban.
Atas
kebimbanganku sendiri, kuputuskanlah untuk balik bertanya, “Apa yang kau
harapkan dari seorang lelaki sepertiku?”
“Aku tak
mengharapkan apa-apa selain dirimu.”
“Tapi
kita bicara soal pernikahan. Kita bicara soal masa depan. Dan kau tahu, aku
belum memiliki apa-apa untuk membahagiakan dirimu.”
“Kita
bisa mengurusnya bersama setelah kita menikah.”
“Tapi
bagaimana dengan orang tuamu?”
Seketika,
mulutmu tersekat.
Hening
lagi beberapa saat. Kita seolah sama-sama kebingungan meramu pertanyaan dan jawaban lebih
lanjut.
“Aku tak
pernah menyalahkan dirimu karena telah mengatakan itu. Kau pun tak semestinya
menyalahkan dirimu sendiri. Aku hanya menyalahkan diriku yang belum pantas
untukmu, dan aku butuh waktu untuk memantaskan diri,” pungkasku kemudian,
sebelum akhirnya pergi meninggalkanmu tanpa kepastian dan janji apa-apa.
Setelah
saat itu, aku pun beranjak ke kota perjuangan sahabat baikku yang meninggal
sembari menggenggam rahasia hatinya untukmu. Aku beranjak beserta niat besar untuk
kembali dan menemui ayahmu jika takdir mautku tak mendahului takdir jodohku,
sebagaimana tekadnya. Aku beranjak dengan kesadaran sebagai lelaki kedua yang
menjadi pejuang cinta rahasia untukmu, dan aku ingin berjuang sesemangat perjuangan
sang pejuang pertama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar