Senin, 27 Juni 2016

Identitas Dunia Maya

Perkembangan teknologi memberi pengaruh besar kepada pola komunikasi sosial antarmanusia. Apalagi kala teknologi jejaring data atau internet semakin maju dan berbiaya murah, ditambah sokongan beragam aplikasi media sosial, maka interaksi antarmanusia pun beralih ke dunia maya. Orang-orang dengan mudah melakukan obrolan, atau sekadar saling berbagi informasi melalui beragam media sosial. Di sisi lain, komunikasi secara langsung, menjadi hambar dan terabaikan.

Berkenalan dengan orang-orang baru pun, sering kali berawal di media sosial. Tak perlu untuk bertemu secara langsung terlebih dahulu, tapi berbekal keberanian dan kata kunci akun pribadi seseorang, sesi perkenalan pun dapat dilangsungkan. Akhirnya, banyak terjadi, seseorang memiliki banyak teman di media sosial, tapi tak pernah benar-benar mengenalnya secara langsung. Sekadar teman di dunia maya, bukan dunia dalam kenyataan.

Dampak lanjutan dari komunikasi melalui media sosial adalah mudahnya berprasangka pada seseorang. Setiap orang akan saling menilai berdasarkan unggahan kata, simbol, gambar, maupun video. Imbasnya, dapat terjadi penilaian yang salah pada kepribadian seseorang. Mudah terjadi kesalahpahaman. Seseorang akan dicap berperangai buruk, bahkan dikatakan tak berperasaan, hanya karena statusnya di media sosial, padahal ia tak bermaksud demikian sama sekali. 

Pembacaan yang keliru terhadap seseorang berdasarkan apa yang terlihat di media sosial, memang sangat rentan terjadi. Pesan-pesan di media sosial, jelas dapat ditafsirkan berbeda oleh setiap orang. Kemungkinan besar itu dikarenakan komunikasi di media sosial, tidak menyertakan ekspresi seseorang secara langsung, padahal itu jelas sangat berpengaruh dalam penafsiran makna sebuah pesan.

Dunia maya di balik media sosial, jelas penuh intrik pencitraan pribadi, atau pengaburan identitas, baik dilakukan secara sengaja atau tidak. Di media sosial, setiap orang bisa saja menonjolkan sisi positif pada dirinya, atau bahkan sengaja dibuat-buat. Bisa juga, seseorang menutupi kepribadiannya di akun media sosialnya secara sengaja. Karena itulah, pesan-pesan di media sosial, tak dapat dijadikan patokan mutlak untuk menilai kepribadian seseorang.

Menghilangkan kecenderungan untuk saling membaca kepribadian di media sosial, memang sulit. Apalagi telah dikatakan di awal, bahwa komunikasi antarmanusia belakangan ini, banyak beralih ke media sosial yang jelas tak seekspresif komunikasi secara langsung. Menyadari kenyataan itu, mawas diri dalam bermedia sosial, menjadi sangat penting. Wujudnya dapat dengan membiasakan diri meneliti setiap pesan yang akan dimuat di akun media sosial 

Di sisi lain,  bagi penerima informasi, perlu juga memahami bahwa kepribadian seseorang tak selalu sejalan dengan apa yang termuat di akun media sosialnya. Dunia maya, adalah dunia penuh tipuan. Maka dapat terjadi, seseorang memuat pesan di akun media sosial sekadar sebagai informasi, tidak sebagai gambaran kepribadiannya. Oleh kerena itu, berprasangka baik, perlu diutamakan di media sosial. Terkait sejalan tidaknya kepribadian seseorang dengan pesan di akun media sosialnya, sebaiknya dipastikan dengan berkomunikasi secara langsung.

Akhirnya, penting untuk kembali mendudukkan media sosial sekadar sebagai sarana penunjang komunikasi. Untuk saling mengenal kepribadian secara tepat, tidaklah cukup dengan berkomunikasi melalui media sosial, atau menelusuri informasi kepribadian seseorang di media siber. Berkomunikasi secara langsung tetap harus menjadi jalan terbaik untuk saling mengenal. Maka, biasakanlah untuk saling mengenal di dunia nyata, dan hindari berprasangka buruk berdasarkan informasi di dunia maya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar