Banyak
kerisauan setelah membaca. Sering muncul pertanyaan pada diri sendiri, apa yang saya dapat dari membaca? Itu sulit
dihindari sebab pasti ada bagian dari bacaan yang terlupakan. Bahkan kata-kata
yang telah dieja secermat mungkin, menghilang begitu saja setelah dibaca. Seakan-akan
tak ada pengetahuan yang terukir di ingatan setelah membaca. Hasil bacaan pun tak
mampu diutarakan kembali kepada orang lain. Akhirnya, membaca terasa tak ada
gunanya.
Karena
alasan bahwa hanya secuil pengetahuan yang melekat dalam memori pasca membaca, secara
langsung, akan berujung pada keengganan membaca. Bahkan timbul penyesalan sebab
begitu banyak buku telah terbaca, namun tak menunjang pada pembuktian tingkat pengetahuan.
Membaca tak meningkatkan kecakapan berbicara, apalagi menulis. Membaca lalu dirasakan
sebagai kesia-siaan belaka.
Kalau
benar bahwa membaca tak memberikan dampak positif secara nyata, lalu apa
gunanya membaca? Berdasarkan refleksi Penulis secara pribadi, berikut ini beberapa
tingkatan manfaat membaca yang mungkin dapat direnungkan agar minat membaca
tetap bertahan, bahkan meningkat.
Mendidik Diri
Inilah
tingkatan pertama dari manfaat membaca. Setiap pembaca, tanpa sadar, akan
terilhami banyak pelajaran makna dari bacaannya. Tanpa perlu mempersoalkan kemampuan
mengelaborasi substansi bacaan setelah membaca, yang jelas, selalu ada pendidikan
batin yang diperoleh dari aktivitas membaca. Pelajaran itu, sadar atau tidak,
akan terwujud dalam perilaku pembaca.
Manfaat
pada tingkatan ini diperoleh seseorang sebab tujuan membaca memang hanya untuk
mendapatkan pelajaran berharga bagi dirinya sendiri. Membaca diharapkan
mendatangkan kegunaan praktis dalam kehidupan. Misalnya seseorang membaca kisah
inspiratif hanya untuk diteladani secara pribadi.
Menambah Pengetahuan
Tingkat
manfaat selanjutnya dari membaca adalah menambah pengetahuan. Seseorang yang
gemar membaca dan melakukannya secara serius, akan mampu menambah pundi-pundi
pengetahuan di memorinya. Ia akan memiliki pengetahuan tentang banyak hal, tanpa
perlu mempersoalkan apakah pengetahuannya terstruktur dan mendalam, atau tidak.
Pengetahuan tingkat ini kadang sekadar tahu, bukan memahami.
Pada
tingkatan ini, seseorang akan mampu menjawab pertanyaan sederhana dengan
menggunakan pengetahuan dari hasil bacaannya. Meski begitu, pengetahuan
tersebut, serupa dengan bacaannya. Imbasnya, akan timbul kewalahan jika dihadapkan
pada pertanyaan yang membutuhkan penjelasan rumit. Pembaca di tingkat ini belum
mampu mengelaborasi ataupun mengkolaborasikan sejumlah pengetahuan dari bacaannya.
Misalnya seseorang membaca sejarah sehingga mampu menghafal aktor-aktor
sejarah, tapi tak mengerti tentang latar belakang peristiwanya.
Mengasah Imajinasi
Tingkatan
manfaat membaca ini, lebih tinggi ketimbang dari sekadar menambah pengetahuan. Di
sini, seorang pembaca telah memahami betul pengetahuan yang diperoleh dari
membaca. Ia pun mampu mengembangkannya untuk menghasilkan pengetahuan baru. Ia
sadar bahwa pengetahuan dari hasil membaca tidak sepenuhnya benar, sehingga perlu
dikritisi.
Pada
tahap ini, pembaca tidak sekadar memperoleh pengetahuan umum dari sebuah
bacaan, tapi mampu memahami cerita dan maknanya secara mendalam. Ia kritis melakukan
perbandingan pengetahuan dari bacaan-bacaannya. Membaca ditujukan untuk
memperoleh hakikat pengetahuan. Hasilnya adalah sebuah konklusi berupa
pengetahuan baru, buah pikirnya sendiri. Karena kedalaman pengetahuanya, si
pembaca pun handal dalam berpidato, berdiskusi, dan berdebat.
Bekal Menulis
Inilah
tingkatan tertinggi manfaat membaca. Alasannya karena pembaca tidak sekadar ingin
mengetahui dan memahami isi bacaan, tetapi juga berupaya menciptakan bacaan
baru tentang hasil pemikiran kritisnya sendiri. Ia tak sekadar mencari
pengetahuan, tapi menciptakan pengetahuan baru untuk disebarluaskan.
Membaca
di tingkatan ini tidak hanya mendalami substansi bacaan, tetapi juga
mengidentifikasi teknik penulisan dalam sebuah bacaan sebagai referensi dalam
menulis. Pengetahuan dan pemahaman seseorang dari aktivitas membaca tidak sekadar
disimpannya di dalam benak ataupun diwujudkan dalam bentuk verbal atau perilaku,
tapi diwujudkan dalam bentuk tulisan. Membaca adalah untuk menulis, sebagaimana
pepatah penulis yang baik adalah pembaca yang baik.
Demikianlah
beberapa manfaat dari aktivitas membaca. Tingkatan itu dapat dijadikan rujukan
untuk merefleksikan diri seseorang telah berada di tingkatan mana. Meski
begitu, bukan berarti bahwa seseorang hanya bisa berada pada satu tingkatan
tertentu, sebab bisa jadi seorang pembaca mampu meraih beberapa tingkatan
manfaat, atau bahkan semuanya.
Teruslah
membaca dan menulis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar