Dewi
Lestari yang akrab dengan nama penanya, Dee Lestari, merupakan penulis novel bestseller nasional. Debut pertama darah
kelahiran Bandung, 20 Januari 1976 ini, dimulai dengan serial novelnya berjudul
Supernova. Novel episode pertama dari serial Supernova yang ditulisnya berjudul
Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh. Serial ini telah terbit hingga episode
kelima. Judul empat episode selanjurnya, berturut-turut: Akar, Petir, Partikel,
dan Gelombang. Kabarnya, serial Supernova akan berlanjut ke episode keenam
dengan judul Inteligensi Embun Pagi.
Kontribusi
Dee sebagai penulis fiksi yang dimulai dengan di episode Kesatria, Putri, dan
Bintang Jatuh, telah memberikan warna terendiri bagi dunia kesastraan
Indonesia. Ia mampu menunjukkan kepiawaiannya dalam menghasilkan sebuah karya
yang menakjubkan. Membaca novel dengan 33 kepingan (sesi penceritaan) ini, akan
memaksa kita menganggukkan keluasan pengetahuan Dee. Ia berhasil menghubungkan
beberapa teori ilmu pengetahuan dalam karyanya ini, di antaranya mencakup Ilmu
Fisika, Psikologi, Filsafat, dan Teologi. Luar biasannya, pengetahuan yang
lintas disiplin ilmu itu, mampu dipadupadankan dalam alur cerita yang menarik.
Sepertinya
tepat penilaian Sujiwo Tejo yang dicantumkan sebagai pengantar novel ini, bahwa
Dee mampu mengombinasikan penulisan fiksi dan nonfiksi secara apik. Karena itu,
novel ini dapat membuat pembaca seakan mengeja aksara fiksi yang sangat ilmiah.
Meski dibalut dengan substansi dan penuturan nonfiksi-ilmiah, bukan berarti
novel ini kehilangan nuansa kesastraannya. Dee mampu menyandingkannya dengan
baik, sehingga terasa bahwa teori ilmu pengetahuan yang dikutipnya, memiliki
korelasi terhadap ide dan alur cerita fiksinya.
Secara
ringkas, novel ini menceritakan dua orang lelaki yang sejiwa, bahkan dikisahkan
“saling mencintai”, Reuben dan Dimas. Keduanya dikisahkan sebagai lulusan universitas
di Negeri Paman Sam. Reuben adalah ahli psikologi kuantum dari Johns Hopkins
School, sedangkan Dimas mendalami English
Literature di George Washinton University. Dua tokoh inilah yang
diceritakan mengkreasikan cerita, sehingga membaca novel ini bak menikmati
cerita dalam cerita. Melalui penokohan mereka sebagai penceritalah, novel ini
sampai pada akhir cerita. Di balik layar monitor, Reuben dan Dimas dikisahkan
bekerja sama membuat sebuah masterpiece, sebuah
karangan cerita yang mampu menghubungkan percabangan ilmu pengetahuan dengan
dunia fiksi.
Kedua
tokoh cerita itu mengisahkan Ferre, seorang bos perusahaan, menaksir seorang
reporter sebuah majalah, Rana. Dilema tak bisa dihindari sebab Rana adalah
isteri Arwin, seorang dari latar belakang keluarga yang taat pada moral dan
agama. Hubungan terlarang itu pun tetap berjalan, sebab Rana tak pernah
benar-benar mencintai Arwin. Mereka menikah setengah terpaksa. Tapi nahas,
Ferre harus meredam perasaannya. Rana tetiba merasa sangat berdosa melihat
ketulusan Arwin melepasnya untuk hidup bersama Ferre. Ketulusan Arwin itu membuat
Rana iba padanya. Akhirnya, Rana tak tega meninggalkan suaminya itu.
Ferre
jadi teringat satu momen di kisah masa kecilnya. Nyatalah sudah cerita dongeng
yang pernah dibaca neneknya semasih Ferre berumur sepuluh tahun. Ferre bak
Kesatria, seperti dalam dongeng itu, yang jatuh cinta pada sang Putri dari kerajaan
bidadari, Rana. Untuk menggapai sang Putri, ia pun melalui Bintang Jatuh,
Arwin. Tapi nahas, ia terjatuh dan Bintang Jatuhlah yang mendapatkan sang Putri.
Dalam kegalauan, Ferre akhirnya dipertemukan dengan seorang “wanita penghibur”
yang cerdas dan baik hati, Diva, sang Supernova. Seiring waktu, kedua tetangga
rumah yang dulunya saling mengabaikan itu, akhirnya semakin dekat. Diva mampu
menghapus kegalauan di benak Ferre. Mereka akhirnya saling jatuh cinta.
Uniknya,
Dee mampu merangkai sebuah cerita yang tak lazim. Semua tokoh dalam cerita dikisahkan
tak menyadari keterhubungan mereka dalam satu jaringan. Tak mengetahui bahwa mereka
saling terhubung di jalur ICQ, tempat chating
tanpa nama. Melalui media itulah, setiap tokoh berbagi kisah pengalaman
hidupnya. Mereka bertanya dan mencurahkan perasaannya pada pemilik akun bernama
Supernova, sang ahli di bidang pemecahan masalah kejiwaan. Tak diketahui tokoh
lain, bahwa Supernova adalah Diva.
Dari
semua kelihaian Dee dalam novel ini, kemampuannya untuk membuat alur yang unik adalah
salah satu yang menakjubkan. Ia berhasil mengkonstruksikan cerita dalam sebuah
cerita. Dengan taktik itu, Dee berhasil membuat pembaca bahwa merasa ceritalah
yang akan menceritakan ceritanya sendiri. Kelebihan lain adalah, Dee mampu
memaparkan teori ilmu pengetahun, terutama di bidang fisika dan psikologi dalam
novel ini, untuk menyelingi alur cerita fiksinya. Teori itu bukan saja sebagai
pelengkap, tetapi dijadikan roh bagi penceritaannya.
Lewat
episode ini, Dee membuat ilmu pengetahuan yang begitu luas dan bercabang-cabang,
terkoneksi melalui cerita fiksinya. Ia berhasil menunjukkan bahwa cabang ilmu
pengetahuan, saling mempengaruhi. Sebagai kesatuan, ilmu pengetahuan
dijelaskannya secara utuh dan sederhana. Lewat ide dan alur cerita fiksinya,
Dee mampu membuktikan bahwa aspek materi dan nonmateri yang terbedah dalam
beragam cabang-cabang ilmu, saling terhubung. Namun begitu, bobot analisa sains
yang banyak dipaparkan dalam karya Dee yang satu ini, bisa saja membuat pembaca
merasa kebingungan menemukan korelasi teori ilmu pengetahuan dengan ide dan
alur cerita. Tapi sekali lagi, itu adalah sebuah terobosan yang unik dan
menarik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar