Jumat, 15 Januari 2016

Cerita dalam Cerita

Judul: Supernova, Episode: Kesatria, Putri, & Bintang Jatuh; Penulis: Dee Lestari; Penerbit: PT. Bentang Pustaka; Tahun Terbit: 2001; Edisi Cetakan: Cetakan Kedelapan, Februari 2015; Jumlah Halaman: 343


Dewi Lestari yang akrab dengan nama penanya, Dee Lestari, merupakan penulis novel bestseller nasional. Debut pertama darah kelahiran Bandung, 20 Januari 1976 ini, dimulai dengan serial novelnya berjudul Supernova. Novel episode pertama dari serial Supernova yang ditulisnya berjudul Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh. Serial ini telah terbit hingga episode kelima. Judul empat episode selanjurnya, berturut-turut: Akar, Petir, Partikel, dan Gelombang. Kabarnya, serial Supernova akan berlanjut ke episode keenam dengan judul Inteligensi Embun Pagi.

Kontribusi Dee sebagai penulis fiksi yang dimulai dengan di episode Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh, telah memberikan warna terendiri bagi dunia kesastraan Indonesia. Ia mampu menunjukkan kepiawaiannya dalam menghasilkan sebuah karya yang menakjubkan. Membaca novel dengan 33 kepingan (sesi penceritaan) ini, akan memaksa kita menganggukkan keluasan pengetahuan Dee. Ia berhasil menghubungkan beberapa teori ilmu pengetahuan dalam karyanya ini, di antaranya mencakup Ilmu Fisika, Psikologi, Filsafat, dan Teologi. Luar biasannya, pengetahuan yang lintas disiplin ilmu itu, mampu dipadupadankan dalam alur cerita yang menarik. 

Sepertinya tepat penilaian Sujiwo Tejo yang dicantumkan sebagai pengantar novel ini, bahwa Dee mampu mengombinasikan penulisan fiksi dan nonfiksi secara apik. Karena itu, novel ini dapat membuat pembaca seakan mengeja aksara fiksi yang sangat ilmiah. Meski dibalut dengan substansi dan penuturan nonfiksi-ilmiah, bukan berarti novel ini kehilangan nuansa kesastraannya. Dee mampu menyandingkannya dengan baik, sehingga terasa bahwa teori ilmu pengetahuan yang dikutipnya, memiliki korelasi terhadap ide dan alur cerita fiksinya.

Secara ringkas, novel ini menceritakan dua orang lelaki yang sejiwa, bahkan dikisahkan “saling mencintai”, Reuben dan Dimas. Keduanya dikisahkan sebagai lulusan universitas di Negeri Paman Sam. Reuben adalah ahli psikologi kuantum dari Johns Hopkins School, sedangkan Dimas mendalami English Literature di George Washinton University. Dua tokoh inilah yang diceritakan mengkreasikan cerita, sehingga membaca novel ini bak menikmati cerita dalam cerita. Melalui penokohan mereka sebagai penceritalah, novel ini sampai pada akhir cerita. Di balik layar monitor, Reuben dan Dimas dikisahkan bekerja sama membuat sebuah masterpiece, sebuah karangan cerita yang mampu menghubungkan percabangan ilmu pengetahuan dengan dunia fiksi.

Kedua tokoh cerita itu mengisahkan Ferre, seorang bos perusahaan, menaksir seorang reporter sebuah majalah, Rana. Dilema tak bisa dihindari sebab Rana adalah isteri Arwin, seorang dari latar belakang keluarga yang taat pada moral dan agama. Hubungan terlarang itu pun tetap berjalan, sebab Rana tak pernah benar-benar mencintai Arwin. Mereka menikah setengah terpaksa. Tapi nahas, Ferre harus meredam perasaannya. Rana tetiba merasa sangat berdosa melihat ketulusan Arwin melepasnya untuk hidup bersama Ferre. Ketulusan Arwin itu membuat Rana iba padanya. Akhirnya, Rana tak tega meninggalkan suaminya itu. 

Ferre jadi teringat satu momen di kisah masa kecilnya. Nyatalah sudah cerita dongeng yang pernah dibaca neneknya semasih Ferre berumur sepuluh tahun. Ferre bak Kesatria, seperti dalam dongeng itu, yang jatuh cinta pada sang Putri dari kerajaan bidadari, Rana. Untuk menggapai sang Putri, ia pun melalui Bintang Jatuh, Arwin. Tapi nahas, ia terjatuh dan Bintang Jatuhlah yang mendapatkan sang Putri. Dalam kegalauan, Ferre akhirnya dipertemukan dengan seorang “wanita penghibur” yang cerdas dan baik hati, Diva, sang Supernova. Seiring waktu, kedua tetangga rumah yang dulunya saling mengabaikan itu, akhirnya semakin dekat. Diva mampu menghapus kegalauan di benak Ferre. Mereka akhirnya saling jatuh cinta. 

Uniknya, Dee mampu merangkai sebuah cerita yang tak lazim. Semua tokoh dalam cerita dikisahkan tak menyadari keterhubungan mereka dalam satu jaringan. Tak mengetahui bahwa mereka saling terhubung di jalur ICQ, tempat chating tanpa nama. Melalui media itulah, setiap tokoh berbagi kisah pengalaman hidupnya. Mereka bertanya dan mencurahkan perasaannya pada pemilik akun bernama Supernova, sang ahli di bidang pemecahan masalah kejiwaan. Tak diketahui tokoh lain, bahwa Supernova adalah Diva. 

Dari semua kelihaian Dee dalam novel ini, kemampuannya untuk membuat alur yang unik adalah salah satu yang menakjubkan. Ia berhasil mengkonstruksikan cerita dalam sebuah cerita. Dengan taktik itu, Dee berhasil membuat pembaca bahwa merasa ceritalah yang akan menceritakan ceritanya sendiri. Kelebihan lain adalah, Dee mampu memaparkan teori ilmu pengetahun, terutama di bidang fisika dan psikologi dalam novel ini, untuk menyelingi alur cerita fiksinya. Teori itu bukan saja sebagai pelengkap, tetapi dijadikan roh bagi penceritaannya. 

Lewat episode ini, Dee membuat ilmu pengetahuan yang begitu luas dan bercabang-cabang, terkoneksi melalui cerita fiksinya. Ia berhasil menunjukkan bahwa cabang ilmu pengetahuan, saling mempengaruhi. Sebagai kesatuan, ilmu pengetahuan dijelaskannya secara utuh dan sederhana. Lewat ide dan alur cerita fiksinya, Dee mampu membuktikan bahwa aspek materi dan nonmateri yang terbedah dalam beragam cabang-cabang ilmu, saling terhubung. Namun begitu, bobot analisa sains yang banyak dipaparkan dalam karya Dee yang satu ini, bisa saja membuat pembaca merasa kebingungan menemukan korelasi teori ilmu pengetahuan dengan ide dan alur cerita. Tapi sekali lagi, itu adalah sebuah terobosan yang unik dan menarik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar