Judul:
Regression; Sutradara: Alejandro Amenabar; Rilis: Oktober 2015; Genre: Horor, Thriller; Durasi: 106 Menit;
Pemain: Ethan Hawke, Emma Watson, David Dencik, David Thewlis, Devon Bostick,
Dale Dickey
Persoalan
mistik selalu menyimpan misteri. Banyak fenomena dan cerita mistik yang sampai
sekarang belum bisa dijelaskan. Kabur secara rasio. Kekaburan itu semakin
menjadi-jadi jika setiap orang punya versi berbeda-beda. Seseorang terus saja
meyakini hal mistik, tanpa memahami latar belakang, jalan cerita, dan tujuannya.
Hal itu sama seperti pemali dalam budaya masyarakat Indonesia. Orang tetap meyakini
dan menunaikannya karena dampak praktisnya positif.
Gambaran
seperti di atas sedikit banyak serupa dengan ide cerita film berjudul
Regression. Film ini terispirasi dari kisah nyata. Berlatar tahun 1990 di Amerika Serikat, film besutan Alejandro Amenabar ini berhasil memadukan kemistikan
dan kerasionalan. Penonton akan dibuat bertanya-tanya, apakah kegaiban itu ada,
atau hanya karangan imajinasi belaka. Dengan apiknya, Regression mengombinasikan
genre horor dan thriller secara bersamaan. Ide cerita thrillernya yang rasional,
mampu dikemas dalam nuansa kegaiban horor sekaligus, sehingga memberikan
sensasi yang sangat signifikan.
Penonton
yang terlalu buru-buru mengambil kesimpulan di awal cerita, akan menganggap film
ini bergenre horor belaka. Apalagi ceritanya memang diawali kisah sekte
penyembah iblis. Tapi sejujurnya, meskipun kemasannya horor, ide ceritanya lebih
fokus pada nuansa thriller yang rasional. Jadi, pokok ceritanya bukanlah
tentang iblis dan alam gaib yang imajinatif dan irasional.
Film
ini mengisahkan tokoh Angela (Emma Watson) yang mengaku diperkosa ayahnya, John
Gray (David Dencik). Ia menyatakan kepada pihak kepolisian bahwa ayahnya adalah
pengikut sekte penyembah iblis, sehingga tega melakukan perbuatan biadab
kepadanya. Sekte itu digembarkan sangat keji sebab melegalkan perzinaan bahkan
mengorbankan bayi dalam ritualnya. Gambaran-gambaran pengakuan Angela tersebut
akhirnya membentuk histeria massa. Bahkan polisi detektif Bruce Kenner (Ethan
Hawke) yang mengepalai pengungkapan kasus tersebut, juga dihantui gambaran itu
setengah mati.
Pengungkapan
kasus atas pengakuan Angela, menemui jalan buntu. Ayah Angela, John, dan kakaknya
Roy Gray (Devon Bostick), dan neneknya, Rose Gray (Dale Dickey) yang menjadi
saksi, tidak mampu memberikan keterangan signifikan. Ayahnya sebagai tertuduh, tidak
mampu mengungkapkan konstruksi cerita yang menjelaskan bagaimana kejadian
pemerkosaan. Ia mengaku tidak dapat mengingat bagaimana dirinya melakukan
pemerkosaan terhadap anaknya. Roy pun tak terima kalau keluarganya dicap pemuja
iblis. Sedangkan Rose yang juga dituding sebagai pemuja iblis, menolak keras.
Untuk
membuat terang kasusnya, pihak kepolisian akhirnya meminta bantuan kepada
seorang psikolog Professor Kenneth Raines (David Thewlis). Ia pun melakukan
sebuah treatment, semacam hipnotis untuk membuat para saksi mampu mengungkapkan
ceritanya secara rileks. Upaya itu disebut terapi pemulihan (regression therapies). Tujuannya untuk
mengembalikan ingatan-ingatan para saksi tentang bagaimana kejadian penyembahan
iblis dan ritual-ritualnya benar-benar terjadi.
Pada
saat terapi pemulihan, John dan Roy pun berhasil mengkonstruksikan cerita asumsi
awal bahwa telah terjadi pemujaan iblis. Di alam bawah sadar, mereka menuturkan
bahwa ritual sesat itu benar-benar terjadi.
Saat
tengah diterapi, John menyebut bahwa dirinya bukanlah pemerkosa anaknya, tetapi
George Nesbitt (Aaron Ashmore), paman Angela sendiri yang juga sekantor dengan
sang detektif, Bruce. John membayangkan dirinya yang tengah berilusi, hanya
merekam peristiwa pemerkosaan tersebut, sebagaimana cara ritual seharusnya dilakukan.
Akhirnya, Nesbitt pun ditahan dan dimintai keterangan, tapi ia mengelak sebagai
pengikut sekte sesat. Tapi Bruce meyakini bahwa teman sekantornya itu adalah
benar pelakunya.
Singkat
cerita, kebenaran akhirnya terungkap. Angela yang memiliki kehidupan yang suram
kala keluarganya bermasalah, sengaja mengarang cerita bohong. Tujuannya
adalah untuk memulai hidup baru. Pergi meninggalkan anggota keluarganya,
terutama ayahnya yang jelas tak perhatian padanya dan suka mabuk-mabukan. Apalagi setelah
ibunya meninggal. Ide karangan cerita mistik Angela itu, diperolehnya dari buku In Satans’s Name, yang telah dibacanya.
Pengakuan
Angela bahwa ia telah diperkosa ayahnya juga tidak benar. Memang ia hamil. Tapi
pelakunya bukanlah ayahnya, tetapi pamannya sendiri, George Nesbitt. Meski
begitu, ayahnya berusaha menutupi kebenaran itu, dan rela mengakui bahwa ialah
telah memerkosa anaknya, demi membalas ketidakpeduliannya terhadap keluarganya
dahulu. Termasuk membalas kesalahannya terhadap sang istri yang meninggal
kecelakaan, bukan bunuh diri karena dihantui iblis sebagimana pengakuan Angela.
Lalu,
bagaimana bisa konstruksi cerita bahwa Angela adalah korban dari sekte
penyembah iblis, benar-benar terbentuk di benak setiap tokoh cerita yang
menjadi saksi? Pengakuan ayah dan kakak Angela saat diterapi, bukanlah
kenyataan bahwa benar ada sekte sesat. Mereka hanya mengonstruksikan cerita
berdasarkan sugesti cerita yang disodorkan sang psikolog, Kenneth, saat terapi
penyembuhan. Karena itulah, John tak bisa mengingat kejadian pemerkosaan sebab
itu memang tak pernah terjadi.
Terapi
pemulihan hanya menghasilkan sebuah ilusi. Terapi itu membuka khayalan para
saksi untuk berimajinasi tentang sugesti yang diberikan sang psikolog. Karena
dinilai sebagai biang masalah, akhirnya di akhir film dinyatakan bahwa terapi
pemulihan dihentikan karena menghasilkan ingatan palsu. Ritual pemujaan iblis
yang menimbulkan histeria massa, sebenarnya tak pernah terjadi, tapi hanya
sebuah konstruksi khayalan akibat terapi pemulihan.
Begitulah
akhir cerita film Regression. Sebuah film yang sangat berkelas, dari ide cerita dan
cara pengemasannya. Alur dan gambaran ceritanya, mampu mempermainkan nalar dan emosi penonton. Sang kreator berhasil mengakhiri cerita dengan memberikan
pilihan kepada penontot, apakah lebih condong menuruti perasaan, atau lebih
menggunakan rasionalitas dalam menghadapi sebuah fenomena mistis. Film ini jelas
direkomendasikan kepada penggemar film bergenre horor ataupun thriller.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar