Aku
adalah musafir yang putus asa di tengah sesat
Angin
mengamuk, langit menghitam, malam menjelang
Aku
takut memeluk dingin sendiri sampai pagi menghangat
Setelah
mengikhlaskan semua yang tertinggal sebagai persinggahan
Setelah
banyak kenangan yang menyakitkan atau menyesalkanku
Menggoyahkan
keyakinan untuk menetap dan mendulang kasih
Tetapi
engkau puan rumah yang tak mengerti artinya petualangan
Sepanjang
usia, kau hanya menunggu orang yang entah siapa
Lalu
aku bertamu dan kau menjamuku dengan teh hangat
Seakan-akan
aku adalah jemlaan pangeran dari mimpimu
Sampai
aku merasa telah menemukan persemayaman resahku
Sampai
kakiku lumpuh melanjutkan kembara seterbitnya mentari
Telah
kutemukan segenap yang kucari pada jiwa dan ragamu
Dan
seterusnya, kisah kita akan terangkai dalam lembaran hari baru
Perihal
terik yang tak lagi mencekik, dan kelam yang tak lagi mencekam
Karena
kau adalah mentari hangat dan bulan sejuk bagiku
Sebagai
bumi yang akan kehilangan hidup tanpa adamu
Setakdir
kehadiranku sebagai sebab penciptaanmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar