Aku dalam
pertempuran yang besar
Tentang kau yang
liar pun, kubiarkan saja menari
Kulihat tanpa rasa
setiap perhiasan di ragamu
Ingatlah, kau suka
memamerkannnya tanpa kuminta
Entahlah, dirasuki
apa kau menutup diri
Kau berharapkah
kubertanya kau di mana?
Atau aku akan
rindu dan menagih melihat tahi lalat di lehermu
Sudahlah, hanya
benci memikirkan sedalam rasa pun coba kubunuh
Kuakui, pernah
setanmu berhasil mengusap mata batinku
Mengajakku bermain
di taman mimpi penuh dosa
Bahkan hingga
kulawan kebenaran batinku
Bahwa memandang
bola matamu terlalu lama adalah dosa
Syukurlah, Dia
menuntunku selalu terjaga
Mencari bekas
jejakmu semasa kau mencari dirimu sendiri
Kudapati kau
pernah sengaja tersesat pada tak terhitung sosok
Yang mendakatimu
ketika mereka kehausan, dan kau balas “silakan”
Akhirnya kuseret
lagi kakiku menapaki jalan kesucian, gilakah?
Jika pun bukan kau,
tapi sebangsamu memilih tersesat juga
Akan kulawan
kodrat, jika sejatinya aku harus bertanya siapa, kapan, di mana?
Tak usah
menangis karena aku tak akan terharu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar