Selasa, 16 September 2014

Cinta Fatamorgana

Aku dalam pertempuran yang besar
Tentang kau yang liar pun, kubiarkan saja menari
Kulihat tanpa rasa setiap perhiasan di ragamu
Ingatlah, kau suka memamerkannnya tanpa kuminta

Entahlah, dirasuki apa kau menutup diri
Kau berharapkah kubertanya kau di mana?
Atau aku akan rindu dan menagih melihat tahi lalat di lehermu

Sudahlah, hanya benci memikirkan sedalam rasa pun coba kubunuh

Kuakui, pernah setanmu berhasil mengusap mata batinku
Mengajakku bermain di taman mimpi penuh dosa
Bahkan hingga kulawan kebenaran batinku
Bahwa memandang bola matamu terlalu lama adalah dosa

Syukurlah, Dia menuntunku selalu terjaga  
Mencari bekas jejakmu semasa kau mencari dirimu sendiri
Kudapati kau pernah sengaja tersesat pada tak terhitung sosok
Yang mendakatimu ketika mereka kehausan, dan kau balas “silakan”

Akhirnya kuseret lagi kakiku menapaki jalan kesucian, gilakah?
Jika pun bukan kau, tapi sebangsamu memilih tersesat juga
Akan kulawan kodrat, jika sejatinya aku harus bertanya siapa, kapan, di mana?

Tak usah menangis karena aku tak akan terharu


Tidak ada komentar:

Posting Komentar