Senin, 02 September 2013

Membuat Berita Akurat dan Efisien




Sikap seorang jurnalis dalam mengamati  dan memberitakan sebuah peristiwa harus berdasar pada kaidah-kaidah jurnalistik. Keharusan tersebut mengingat seorang jurnalis adalah pewarta, sedangkan kebutuhan pembaca adalah fakta. Profesionalisme seorang jurnalis harus dimulai dari proses penentuan objek pemberitaan, pengumpulan bahan berita, hingga penulisan berita.


Diantara banyak sifat berita, penulis mencoba mengetengahkan sifat akurat dan efisien sebuah berita. Akurat berarti ketepatan data dan fakta dari sebuah peristiwa. Sedangkan  efisien berarti mampu menyederhanakan berita dengan hanya mencantumkan aspek-aspek substansial, sehingga dalam waktu yang singkat, pembaca dapat mengetahui informasi yang disampaikan.


Tahapan kerja-kerja jurnalistik harus dilalui secara benar dan teratur jika ingin menghasilkan berita yang akurat dan efisien, yaitu:

1. Mencermati peristiwa, lalu menentukan sudut pandang pemberitaan berdasarkan kepentingan pembaca. Penentuan sudut pandang diperlukan agar isi berita tidak melebar, bertele-tele, dan bias dalam penulisan aspek yang diberitakan nantinya. Dalam proses ini, kemampuan mengetahui nilai-nilai berita suatu peristiwa sangat dibutuhkan.

2. Mengumpulkan data-data dari sumber yang terpercaya, tidak hanya puas dengan desas-desus, tetapi berusaha melakukan konfirmasi secara langsung kepada pihak yang terkait. Kedudukan seorang jurnalis tidak hanya sebagai penyimak, tetapi terus mempertanyakan validitas data dan fakta. Misalnya, dalam sebuah forum seminar, seorang wartawan seharusnya tidak hanya menuliskan pernyataan umum pemateri  sebagai bahan berita, tetapi berusaha menggali lebih spesifik arti dari pernyataan tersebut melalui wawancara khusus. Dasar untuk menentukan pertanyaan-pertanyaan yang penting adalah sudut pandang pemberitaan yang telah dikonsepkan sebelumnya.

3. Menulis berita dalam  jenis-jenis tulisan jurnalistik untuk setiap data yang terkumpul. Jika terkumpul banyak data, maka bisa saja kesemuanya dimuat dalam berita, namun harus ditulis dalam sudut pandang yang berbeda. Pada tahap ini, beberapa kemungkinan dapat terjadi:

a.  Jika kebutuhan redaksi menuntut agar berita diselesaikan dengan cepat, sedangkan bahan yang terkumpul masih sedikit, maka dapat dibentuk dalam tulisan straight news. Jenis penulisan ini menggunakan kaidah piramida terbalik,  yaitu menentukan judul berdasarkan nilai berita yang paling penting, kemudian menyampaikan informasi penjelasan  judul  pada paragraf pertama. Selanjutnya, paragraf kedua menjelaskan paragraf pertama, dan seterusnya. Mengenai nilai peristiwa yang paling penting, maka kita harus berdasarkan pada sasaran berita/pembaca. Misalnya, sepeda motor rektor dicuri, atau mobil pegawai  fakultas hukum dicuri. Jika sasaran berita adalah mahasiswa fakultas kedokteran, maka pada peristiwa pertama, aspek dosennya akan lebih penting bagi pembaca. Sedangkan pada peristiwa kedua, aspek mobil BMW-nya akan lebih penting.

b. Jika masih tersisa banyak waktu untuk melakukan pengumpulan bahan berita, ataukah telah banyak yang terkumpul, maka dapat dibentuk dalam tulisan feature news. Jenis penulisan ini tidak tunduk pada kaidah piramida terbalik, tetapi  sesuai gaya bertutur yang menarik menurut penulis. Meskipun demikian, konsep 5W+1H harus terpenuhi.


Meskipun telah dilalui tahapan secara terartur seperti di atas, kendala sering kali muncul pada saat menulis berita. Permasalah tersebut misalnya mencampuradukkan opini dengan fakta. Meskipun data telah memadai, kadang seorang jurnalis terjebak dengan menambahkan kata sifat yang berlebihah (emosional) sebagai penggambaran, sehingga terkesan beropini. Menuliskan kutipan dari seorang narasumber dapat menjadi cara mengatasi hal tersebut. Misalnya pernyataan seorang narasumber bahwa ruang kuliah sangat tidak nyaman, tanpa jurnalis yang harus menyimpulkan dan menuliskan keadaan tersebut.


Secara umum, jika telah melalui ketiga tahap di atas, maka kesulitan dalam menulis sebuah berita akan dapat teratasi. Mengingat ketiga unsur tersebut saling bergantung, maka harus dilalui secara baik dan benar. Dengan demikian, penyederhanaan pemberitaan pada tahap penentuan sudut pandang,  keakuratan berita dalam tahap pengumpulan bahan, lalu keefisienan berita pada tahap penulisan dapat dikombinasikan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar