Sikap seorang jurnalis dalam mengamati dan memberitakan sebuah peristiwa harus
berdasar pada kaidah-kaidah jurnalistik. Keharusan tersebut mengingat seorang
jurnalis adalah pewarta, sedangkan kebutuhan pembaca adalah fakta.
Profesionalisme seorang jurnalis harus dimulai dari proses penentuan objek
pemberitaan, pengumpulan bahan berita, hingga penulisan berita.
Diantara banyak sifat berita, penulis mencoba mengetengahkan sifat akurat
dan efisien sebuah berita. Akurat berarti ketepatan data dan fakta dari sebuah peristiwa.
Sedangkan efisien berarti mampu
menyederhanakan berita dengan hanya mencantumkan aspek-aspek substansial, sehingga
dalam waktu yang singkat, pembaca dapat mengetahui informasi yang disampaikan.
Tahapan kerja-kerja jurnalistik harus dilalui secara benar dan teratur jika
ingin menghasilkan berita yang akurat dan efisien, yaitu:
1. Mencermati
peristiwa, lalu menentukan sudut pandang pemberitaan berdasarkan kepentingan
pembaca. Penentuan sudut pandang diperlukan agar isi berita tidak melebar,
bertele-tele, dan bias dalam penulisan aspek yang diberitakan nantinya. Dalam proses
ini, kemampuan mengetahui nilai-nilai berita suatu peristiwa sangat dibutuhkan.
2. Mengumpulkan
data-data dari sumber yang terpercaya, tidak hanya puas dengan desas-desus,
tetapi berusaha melakukan konfirmasi secara langsung kepada pihak yang terkait.
Kedudukan seorang jurnalis tidak hanya sebagai penyimak, tetapi terus
mempertanyakan validitas data dan fakta. Misalnya, dalam sebuah forum seminar,
seorang wartawan seharusnya tidak hanya menuliskan pernyataan umum pemateri sebagai bahan berita, tetapi berusaha menggali
lebih spesifik arti dari pernyataan tersebut melalui wawancara khusus. Dasar
untuk menentukan pertanyaan-pertanyaan yang penting adalah sudut pandang
pemberitaan yang telah dikonsepkan sebelumnya.
3. Menulis
berita dalam jenis-jenis tulisan
jurnalistik untuk setiap data yang terkumpul. Jika terkumpul banyak data, maka
bisa saja kesemuanya dimuat dalam berita, namun harus ditulis dalam sudut
pandang yang berbeda. Pada tahap ini, beberapa kemungkinan dapat terjadi:
a. Jika
kebutuhan redaksi menuntut agar berita diselesaikan dengan cepat, sedangkan
bahan yang terkumpul masih sedikit, maka dapat dibentuk dalam tulisan straight news. Jenis penulisan ini
menggunakan kaidah piramida terbalik, yaitu menentukan judul berdasarkan nilai
berita yang paling penting, kemudian menyampaikan informasi penjelasan judul pada paragraf pertama. Selanjutnya, paragraf
kedua menjelaskan paragraf pertama, dan seterusnya. Mengenai nilai peristiwa
yang paling penting, maka kita harus berdasarkan pada sasaran berita/pembaca.
Misalnya, sepeda motor rektor dicuri, atau mobil pegawai fakultas hukum dicuri. Jika sasaran berita
adalah mahasiswa fakultas kedokteran, maka pada peristiwa pertama, aspek dosennya akan lebih penting bagi pembaca.
Sedangkan pada peristiwa kedua, aspek mobil BMW-nya akan lebih penting.
b. Jika
masih tersisa banyak waktu untuk melakukan pengumpulan bahan berita, ataukah
telah banyak yang terkumpul, maka dapat dibentuk dalam tulisan feature news. Jenis penulisan ini tidak
tunduk pada kaidah piramida terbalik, tetapi sesuai gaya bertutur yang menarik menurut
penulis. Meskipun demikian, konsep 5W+1H harus terpenuhi.
Meskipun telah dilalui tahapan secara terartur seperti di atas, kendala
sering kali muncul pada saat menulis berita. Permasalah tersebut misalnya
mencampuradukkan opini dengan fakta. Meskipun data telah memadai, kadang
seorang jurnalis terjebak dengan menambahkan kata sifat yang berlebihah (emosional)
sebagai penggambaran, sehingga terkesan beropini. Menuliskan kutipan dari
seorang narasumber dapat menjadi cara mengatasi hal tersebut. Misalnya
pernyataan seorang narasumber bahwa ruang kuliah sangat tidak nyaman, tanpa jurnalis
yang harus menyimpulkan dan menuliskan keadaan tersebut.
Secara umum, jika telah melalui ketiga tahap di atas, maka kesulitan dalam
menulis sebuah berita akan dapat teratasi. Mengingat ketiga unsur tersebut
saling bergantung, maka harus dilalui secara baik dan benar. Dengan demikian, penyederhanaan
pemberitaan pada tahap penentuan sudut pandang, keakuratan berita dalam tahap pengumpulan
bahan, lalu keefisienan berita pada tahap penulisan dapat dikombinasikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar