Straight
news atau berita langsung pada
dasarnya adalah teknik penulisan berita secara ringkas dan jelas. Sebuah
peristiwa akan digambarkan secara padat dalam beberapa paragraf saja. Meski
begitu, unsur berita berupa 5W+1H tetap harus terpenuhi. Penulisan straight news digunakan untuk melaporkan peristiwa aktual sesegera mungkin. Keaktualan
dan kefaktualan merupakan nilai yang melekat pada staight news. Untuk itu, penulisan straight news menggunakan struktur penulisan pirmida terbalik, yang
memudahkan penulis dalam menyusun berita secara cepat. Nah, bagaimanakah sesungguhnya
piramida terbalik itu dalam praktik?
Piramida terbalik merupakan
struktur penulisan yang mendahulukan hal-hal yang dianggap paling penting pada sebuah
peristiwa untuk dituliskan dalam berita. Kemudian disusul hal-hal yang dianggap
kurang penting. Tujuannya adalah membuat berita yang dihasilkan menjadi to the point. Waktu pembaca pun tak banyak
tersita hanya untuk mengetahui inti peristiwa melalui sebuah tulisan berita.
Selain itu, juga untuk memudahkan editor dalam melakukan penyuntingan. Sudah
pasti, bagian paragraf akhir memuat hal yang kurang penting. Editor pun bisa
langsung memotong bagian akhir itu jika ruang terbitan tak mencukupi tulisan.
Persoalan selanjutnya
adalah, bagaimana menentukan derajat-derajat nilai penting dalam suatu
peristiwa untuk diurutkan dalam staight
news? Secara umum, pengurutan hal yang dianggap penting untuk dituliskan dalam
berita mengacu pada nilai-nilai berita. Dengan begitu, jurnalis tinggal memilih
nilai yang dianggap paling penting di antara nilai-nilai berita yang ada.
Pemilihan selayaknya berdasar pada identitas media dan kepentingan pembaca. Adapun
nilai-nilai berita di antaranya: Aktuality
(kebaruan), magnitude (keluasan
pengaruh), proximity (kedekatan), prominence (ketokohan), significance
(seberapa pentingnya peristiwa), konflik, keanehan, human interest, surprise (kejutan),
dan seks.
Kemampuan seorang
jurnalis dalam menakar-nakar nilai berita yang paling penting pada sebuah peristiwa,
sangat menentukan menarik tidaknya sebuah berita. Jurnalis yang baik selayaknya
memiliki kepampuan mengurutkan nilai tersebut, sebab dalam sebuah peristiwa,
bisa saja terdapat beberapa nilai berita. Sebagai contoh, terjadi peristiwa: Pada suatu hari, Presiden mengadakan rapat
kerja kabinet untuk membahas rencana kenaikan harga BBM. Di sela-sela rapat, 30
ekor kambing milik seorang pedagang miskin dari Bandung memasuki istana. Kambing
itu kabur karena kelaparan, sedangkan pintu kandangnya tak dikunci. Karena menimbulkan
kegaduhan, rapat pun diskorsing. Presiden juga terlihat turun tangan mengusir
gerombolan kambing tersebut. Kambing itu
diperoleh si pedagang dari para pengembala di Makassar. Ia menjualnya demi
mengais rezeki.
Peristiwa di atas tentu
mengandung beberapa nilai berita. Di antaranya ketokohan, human interest, kedekatan, kejutan, dan keunikan. Jika seorang
jurnalis ditugaskan untuk menulis peristiwa itu dalam bentuk straight news, maka ia harus menetapkan
segera nilai berita yang kira-kira paling penting untuk didahulukan dalam
tulisan. Seperti diungkapkan sebelumnya, acuan terbaik adalah identitas media serta
kepentingan khalayak pembaca. Misalnya saja, si jurnalis berasal dari sebuah
koran terbitan nasional, maka selayaknya ia mengangkat ketokohan Presiden.
Sedangkan jika seorang jurnalis berasal dari media lokal di Kota Bandung, sebaiknya
ia mengutamakan sisi lain pedagang kambing yang berasal dari Kota Bandung.
Pemahaman dan kejelian
menentukan nilai berita pada sebuah peristiwa menjadi penting, sebab akan
mempengaruhi struktur tulisan, terutama dalam penentuan judul dan kepala berita
(lead). Sudah barang tentu, nilai
berita yang paling mencolok sangat berharga untuk ditonjolkan, terutama
dijadikan pokok judul. Judul yang menarik akan menarik perhatian orang untuk
membaca tulisan berita. Dimisalkan, wartawan yang akan menulis peristiwa yang
dicontohkan sebelumnya di atas, berasal dari media nasional, maka ia dapat
mengangkat judul misalnya:
Presiden
SBY Mengusir Kambing di Istana Negara
Judul berita harus
memenuhi unsur S+P+O (subjek, predikat, objek). Bisa juga menambahkan unsur K (Keterangan)
jika mengandung nilai berita yang mencolok. Penguraian judul di atas adalah:
Presiden SBY (S) + Mengusir (O) + Kambing (O) + di Istana (K). Judul juga
sebaiknya tak lebih dari tujuh kata. Selain itu, sebaiknya judul menggunakan
kalimat aktif, sehingga terkesan lebih elegan. Tentu kurang menarik jika judul tersebut
diubah menjadi: Kambing di Istana Negara
Diusir Presiden.
Setelah seorang jurnalis menentukan judul berita, maka di paragraf awal, harus langsung membahas judul yang dipilih. Misalnya:
Presiden
X terpaka harus turun tangan mengusir
kambing yang memasuki Istana Negara, Jumat (20/11). Kambing berjumlah 30 ekor tersebut
tiba-tiba memasuki Istana saat Presiden tengah melakukan rapat. Rapat kabinet
membahas rencana penaikan harga BBM pun akhirnya diskorsing.
Meski singkat, di paragraf
pertama tersebut, sejumlah unsur berita telah termuat, yaitu what (kambing masuk istana diusir), who (Presiden X), when (Jumat [20/11]), where (Istana
Negara). Nah, karena setiap berita,
temasuk straight news, harus memenuhi
seluruh unsur berita, maka unsur why
dan how pun harus dicantumkan. Lazimnya, unsur why dan how memang diurai
di paragraf kedua atau seterusnya. Alasannya karena unsur ini membutuhkan
uraian tulisan yang lebih panjang. Tujuan mendahulukan unsur berita yang dapat
dituliskan secara ringkas agar pembaca mengetahui segera sebuah peristiwa hanya
dengan membaca judul dan paragraf pertama. Pembaca yang tak punya waktu pun tak
harus membaca seluruh isi tulisan untuk mengetahui sebuah peristiwa. Meskipun
bisa dipastikan, tanpa membaca perihal unsur why dan how, pembaca tak
akan memahami seluk beluk terjadinya sebuah peristiwa terjadi.
Selanjutnya, di paragraf
kedua, bisa seperti di bawah ini:
Pemilik
kambing, Z, mengakui bahwa ia lupa menutup pintu kandang kambing yang dijualnya,
sehingga bebas keluar (unsur why). Saat kambing mulai
berlarian di jalan raya, ia baru saja tiba dari membeli pakan untuk ternak yang
kelaparan tersebut. Ia yang berjualan sendiri pun menjadi kewalahan menghalau kambing,
hingga akhirnya masuk melahap rumput di taman Istana Negara. (unsur how).
Akibat
kejadian itu, ia pun langsung menghadap ke Presiden X dan memohon maaf atas
keteledorannya. “Saya sudah bertemu presiden. Beliau memahami dan memaafkan
saya,” tutur X dengan raut wajah menyesal.
Dengan tiga paragraf
tersebut, sebenarnya sudah bisa dianggap berita yang baik. Peristiwa yang bernilai
berita telah diuraikan dengan unsur berita yang komplet. Meski begitu, jika
jurnalis masih dituntut oleh redaktur untuk memperpanjang tulisannya, maka ia
pun harus memikirkan nilai-nilai yang masih dianggap penting, hingga nilai-nilai
yang sama sekali tidak penting karena tak terkait lagi dengan pokok pembahasan.
Misalnya:
Menyikapi
peristiwa tersebut, Juru Bicara Kepresidenan Y menuturkan bahwa Presiden sama
sekali tidak mempermasalahkannya. Presiden kata Y bahkan menilai kejadian itu
sangat menggelitik, sebab belum pernah terjadi sebelumnya. “Presiden tak
mempermasalahkannya. Beliau bahkan merasa kejadian tersebut sebagai hal yang
lucu,” jelasnya.
Pak
Z, lelaki berumur 45 tahun yang berasal dari Kota Bandung adalah pedagang
kambing yang terkenal di kawasan istana. Ia menjual kambing dari Kota Makassar yang
telah dipesannya lima bulan sebelum dijajakan. Dari usahanya tersebut, ia hanya
mendapatan penghasilan bersih sekitar 1.000.000,- per bulan. Penghasilan tak
memadai itu membuatnya kesulitan membiayai kebutuhan enam orang anaknya yang kesemuanya
masih bersekolah.
Belakangan,
memang banyak pedagang kambing yang berjualan di DKI Jakarta, termasuk di
kawasan yang tak jauh dari Istana Negara. Keadaan itu sudah dianggap lumrah.
Apalagi permintaan daging kambing di kawasan tersebut memang terus meningkat akhir-akhir
ini.
Demikianlah sekelumit
praktik menulis straight news. Sebagai
rangkuman dari penjelasan sebelumnya, maka untuk menulis peristiwa aktual dalam
bentuk straight news, semua unsur
berita harus tetap terpenuhi. Jangan sampai berita yang ditulis singkat, tapi
tak jelas. Adapun langkah-langkah menulis straight
news adalah: (a). Menemukan peristiwa yang mengandung nilai berita; (b). Menentukan
nilai berita yang paling menarik untuk dijadikan pokok judul dan bahasan di paragraf
awal; (c). Menguraikan nilai berita lainnya yang kira-kira masih penting diketahui
pembaca di paragraf selanjutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar