Jumat, 20 November 2015

Cara Mudah Menulis Straight News


Straight news atau berita langsung pada dasarnya adalah teknik penulisan berita secara ringkas dan jelas. Sebuah peristiwa akan digambarkan secara padat dalam beberapa paragraf saja. Meski begitu, unsur berita berupa 5W+1H tetap harus terpenuhi. Penulisan straight news digunakan untuk melaporkan peristiwa aktual sesegera mungkin. Keaktualan dan kefaktualan merupakan nilai yang melekat pada staight news. Untuk itu, penulisan straight news menggunakan struktur penulisan pirmida terbalik, yang memudahkan penulis dalam menyusun berita secara cepat. Nah, bagaimanakah sesungguhnya piramida terbalik itu dalam praktik?

Piramida terbalik merupakan struktur penulisan yang mendahulukan hal-hal yang dianggap paling penting pada sebuah peristiwa untuk dituliskan dalam berita. Kemudian disusul hal-hal yang dianggap kurang penting. Tujuannya adalah membuat berita yang dihasilkan menjadi to the point. Waktu pembaca pun tak banyak tersita hanya untuk mengetahui inti peristiwa melalui sebuah tulisan berita. Selain itu, juga untuk memudahkan editor dalam melakukan penyuntingan. Sudah pasti, bagian paragraf akhir memuat hal yang kurang penting. Editor pun bisa langsung memotong bagian akhir itu jika ruang terbitan tak mencukupi tulisan.

Persoalan selanjutnya adalah, bagaimana menentukan derajat-derajat nilai penting dalam suatu peristiwa untuk diurutkan dalam staight news? Secara umum, pengurutan hal yang dianggap penting untuk dituliskan dalam berita mengacu pada nilai-nilai berita. Dengan begitu, jurnalis tinggal memilih nilai yang dianggap paling penting di antara nilai-nilai berita yang ada. Pemilihan selayaknya berdasar pada identitas media dan kepentingan pembaca. Adapun nilai-nilai berita di antaranya: Aktuality (kebaruan), magnitude (keluasan pengaruh), proximity (kedekatan), prominence (ketokohan),  significance (seberapa pentingnya peristiwa), konflik, keanehan, human interest, surprise (kejutan), dan seks.  

Kemampuan seorang jurnalis dalam menakar-nakar nilai berita yang paling penting pada sebuah peristiwa, sangat menentukan menarik tidaknya sebuah berita. Jurnalis yang baik selayaknya memiliki kepampuan mengurutkan nilai tersebut, sebab dalam sebuah peristiwa, bisa saja terdapat beberapa nilai berita. Sebagai contoh, terjadi peristiwa: Pada suatu hari, Presiden mengadakan rapat kerja kabinet untuk membahas rencana kenaikan harga BBM. Di sela-sela rapat, 30 ekor kambing milik seorang pedagang miskin dari Bandung memasuki istana. Kambing itu kabur karena kelaparan, sedangkan pintu kandangnya tak dikunci. Karena menimbulkan kegaduhan, rapat pun diskorsing. Presiden juga terlihat turun tangan mengusir gerombolan kambing tersebut. Kambing itu diperoleh si pedagang dari para pengembala di Makassar. Ia menjualnya demi mengais rezeki.

Peristiwa di atas tentu mengandung beberapa nilai berita. Di antaranya ketokohan, human interest, kedekatan, kejutan, dan keunikan. Jika seorang jurnalis ditugaskan untuk menulis peristiwa itu dalam bentuk straight news, maka ia harus menetapkan segera nilai berita yang kira-kira paling penting untuk didahulukan dalam tulisan. Seperti diungkapkan sebelumnya, acuan terbaik adalah identitas media serta kepentingan khalayak pembaca. Misalnya saja, si jurnalis berasal dari sebuah koran terbitan nasional, maka selayaknya ia mengangkat ketokohan Presiden. Sedangkan jika seorang jurnalis berasal dari media lokal di Kota Bandung, sebaiknya ia mengutamakan sisi lain pedagang kambing yang berasal dari Kota Bandung. 

Pemahaman dan kejelian menentukan nilai berita pada sebuah peristiwa menjadi penting, sebab akan mempengaruhi struktur tulisan, terutama dalam penentuan judul dan kepala berita (lead). Sudah barang tentu, nilai berita yang paling mencolok sangat berharga untuk ditonjolkan, terutama dijadikan pokok judul. Judul yang menarik akan menarik perhatian orang untuk membaca tulisan berita. Dimisalkan, wartawan yang akan menulis peristiwa yang dicontohkan sebelumnya di atas, berasal dari media nasional, maka ia dapat mengangkat judul misalnya: 

Presiden SBY Mengusir Kambing di Istana Negara

Judul berita harus memenuhi unsur S+P+O (subjek, predikat, objek). Bisa juga menambahkan unsur K (Keterangan) jika mengandung nilai berita yang mencolok. Penguraian judul di atas adalah: Presiden SBY (S) + Mengusir (O) + Kambing (O) + di Istana (K). Judul juga sebaiknya tak lebih dari tujuh kata. Selain itu, sebaiknya judul menggunakan kalimat aktif, sehingga terkesan lebih elegan. Tentu kurang menarik jika judul tersebut diubah menjadi: Kambing di Istana Negara Diusir Presiden.

Setelah seorang jurnalis menentukan judul berita, maka di paragraf awal, harus langsung membahas judul yang dipilih. Misalnya:

Presiden X terpaka harus turun tangan  mengusir kambing yang memasuki Istana Negara, Jumat (20/11). Kambing berjumlah 30 ekor tersebut tiba-tiba memasuki Istana saat Presiden tengah melakukan rapat. Rapat kabinet membahas rencana penaikan harga BBM pun akhirnya diskorsing.

Meski singkat, di paragraf pertama tersebut, sejumlah unsur berita telah termuat, yaitu what (kambing masuk istana diusir), who (Presiden X), when (Jumat [20/11]), where (Istana Negara). Nah, karena setiap berita, temasuk straight news, harus memenuhi seluruh unsur berita, maka unsur why dan how pun harus dicantumkan. Lazimnya, unsur why dan how memang diurai di paragraf kedua atau seterusnya. Alasannya karena unsur ini membutuhkan uraian tulisan yang lebih panjang. Tujuan mendahulukan unsur berita yang dapat dituliskan secara ringkas agar pembaca mengetahui segera sebuah peristiwa hanya dengan membaca judul dan paragraf pertama. Pembaca yang tak punya waktu pun tak harus membaca seluruh isi tulisan untuk mengetahui sebuah peristiwa. Meskipun bisa dipastikan, tanpa membaca perihal unsur why dan how, pembaca tak akan memahami seluk beluk terjadinya sebuah peristiwa terjadi.

Selanjutnya, di paragraf kedua, bisa seperti di bawah ini:

Pemilik kambing, Z, mengakui bahwa ia lupa menutup pintu kandang kambing yang dijualnya, sehingga bebas keluar (unsur why). Saat kambing mulai berlarian di jalan raya, ia baru saja tiba dari membeli pakan untuk ternak yang kelaparan tersebut. Ia yang berjualan sendiri pun menjadi kewalahan menghalau kambing, hingga akhirnya masuk melahap rumput di taman Istana Negara. (unsur how)

Akibat kejadian itu, ia pun langsung menghadap ke Presiden X dan memohon maaf atas keteledorannya. “Saya sudah bertemu presiden. Beliau memahami dan memaafkan saya,” tutur X dengan raut wajah menyesal.

Dengan tiga paragraf tersebut, sebenarnya sudah bisa dianggap berita yang baik. Peristiwa yang bernilai berita telah diuraikan dengan unsur berita yang komplet. Meski begitu, jika jurnalis masih dituntut oleh redaktur untuk memperpanjang tulisannya, maka ia pun harus memikirkan nilai-nilai yang masih dianggap penting, hingga nilai-nilai yang sama sekali tidak penting karena tak terkait lagi dengan pokok pembahasan. Misalnya:

Menyikapi peristiwa tersebut, Juru Bicara Kepresidenan Y menuturkan bahwa Presiden sama sekali tidak mempermasalahkannya. Presiden kata Y bahkan menilai kejadian itu sangat menggelitik, sebab belum pernah terjadi sebelumnya. “Presiden tak mempermasalahkannya. Beliau bahkan merasa kejadian tersebut sebagai hal yang lucu,” jelasnya.

Pak Z, lelaki berumur 45 tahun yang berasal dari Kota Bandung adalah pedagang kambing yang terkenal di kawasan istana. Ia menjual kambing dari Kota Makassar yang telah dipesannya lima bulan sebelum dijajakan. Dari usahanya tersebut, ia hanya mendapatan penghasilan bersih sekitar 1.000.000,- per bulan. Penghasilan tak memadai itu membuatnya kesulitan membiayai kebutuhan enam orang anaknya yang kesemuanya masih bersekolah.

Belakangan, memang banyak pedagang kambing yang berjualan di DKI Jakarta, termasuk di kawasan yang tak jauh dari Istana Negara. Keadaan itu sudah dianggap lumrah. Apalagi permintaan daging kambing di kawasan tersebut memang terus meningkat akhir-akhir ini.

Demikianlah sekelumit praktik menulis straight news. Sebagai rangkuman dari penjelasan sebelumnya, maka untuk menulis peristiwa aktual dalam bentuk straight news, semua unsur berita harus tetap terpenuhi. Jangan sampai berita yang ditulis singkat, tapi tak jelas. Adapun langkah-langkah menulis straight news adalah: (a). Menemukan peristiwa yang mengandung nilai berita; (b). Menentukan nilai berita yang paling menarik untuk dijadikan pokok judul dan bahasan di paragraf awal; (c). Menguraikan nilai berita lainnya yang kira-kira masih penting diketahui pembaca di paragraf selanjutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar